Rabu, 17 Juli 2013

Dua Minggu 5 Kejadian

,
Sudah hampir dua minggu tidak menulis, sekarang saatnya memulai lagi. Dalam dua minggu ini sebetulnya ada berbagai hal yang terjadi terkait dengan perkembangan usaha budidaya jamur kuping. Tapi ada lima yang mungkin layak dibagi lewat blog ini.


Pertama, bibit baru sudah datang.
Sejak mengetahui potensi budidaya jamur kuping yang menggiurkan, saya memutuskan untuk langsung memesan 2000 baglog tambahan dengan cara mencicil. Seluruh uang hasil panen pertama berjumlah sekitar 1 juta dipakai untuk melunasi. Menurut rencana, bibit akan datang sekitar akhir Juni. Karena sesuatu hal jadwal ini diundur sehingga baru datang tanggal 8 Juli minggu lalu.

Kedua, sprayer rusak lagi.
Sprayer baru yang dibeli sekitar sebulan lalu rusak! Untungnya hal ini terjadi sekitar 3 hari sebelum panen, jadi tepat pada saat penyiraman terakhir sebelum jamur kuping dipanen. Dengan demikian pertumbuhan jamur tidak terganggu dan tidak harus buru-buru beli sprayer baru lagi karena paling tidak sekitar semingguan lagi baru disiram. Hitung-hitung sambil menunggu pemasukan.

Ketiga, ganti baterai thermohigrometer.
Thermohigrometer sebagai alat bantu dalam budidaya jamur kuping menggunakan satu baterai ukuran AAA. Saya menggunakan baterai alkaline agar lebih awet. Minggu kemarin tampilan suhu dan kelembaban di layar terlihat buram dan tidak jelas. Setelah ganti baterai langsung cling jelas lagi. Dengan demikian pemakaian baterai untuk thermohigrometer ini bisa tahan sekitar tiga bulan.  

Keempat, panen jamur kuping tahap keempat.
Hari Sabtu tanggal 13 Juni panen jamur kuping lagi. Semula saya agak pesimis hasilnya akan bagus karena dari awal pertumbuhan tunas jamur nampak agak lambat dan tidak kompak. Tapi sejak sekitar seminggu sebelum panen, pertumbuhan jamur terlihat makin pesat. Ternyata saat panen terbukti hasilnya cukup memuaskan. Bobot total jamur hasil panen 125 kg dengan harga yang sangat baik yaitu 10rb per kilo. Alhamdulillah.

Kelima, beli sprayer baru.
Karena sprayer rusak padahal sekarang jumlah baglog bertambah, mau tak mau harus beli sprayer baru. Sebenarnya sempat menimbang-nimbang antara beli sprayer lagi atau pakai selang saja. Tapi berhubung biaya beli selang hampir sama dengan beli sprayer baru (karena letak sumur jauh dari gudang jamur), akhirnya dipilih membeli saja. Hari Selasa kemarin kebetulan warung libur setelah sehari semalam begadang mengerjakan pesanan nasi bungkus untuk buka dan sahur. Meski mata ngantuk dan badan agak loyo tetap berangkat ke Toko Progo. Dan akhirnya jadi juga punya sprayer baru dengan merk yang berbeda tapi harganya malah lebih murah. Lain kali akan saya coba membuat perbandingan antara sprayer lama dengan sprayer baru.      
  

Rabu, 03 Juli 2013

Cara Mengatasi Serangan Rayap: Bagian II

,
Ini adalah lanjutan dari tulisan berjudul Melawan Rayap Edisi I.

Sebelumnya rayap yang menyerang beberapa baglog jamur kuping sepertinya telah berhasil diatasi. Tidak tampak lagi rayap hilir mudik membangun "terowongan" sebagai penghubung antara baglog yang telah digangsir dengan "markas besar"nya yang ada di tiang. Lubang jalan keluar masuk rayap di tiang itu telah tertutup sempurna dengan lilin mainan anak.

Baglog bekas dilubangi rayap berbekas cukup dalam. Nampaknya kerja rayap-rayap itu cukup cepat sehingga bisa meninggalkan bekas seperti itu. Untung cepat ketahuan. Selain itu, ternyata jamur kuping yang tumbuh di dekat lubang itu pertumbuhannya tidak terpengaruh. Setelah dipanenpun jamur tetap tumbuh lagi.

Satu hari, dua hari, tiga hari, tak tampak ada aktifitas rayap. Yakin rayap sudah tak mungkin keluar, pengecekan mulai jarang dilakukan. Sampai panen kedua, kondisi tetap aman. Sekali-sekali baglog masih diperiksa, tapi tak tampak ada serangan rayap lagi.

Tanpa diduga, setelah panen jamur yang ketiga ternyata tanda-tanda serangan rayap muncul lagi. Ada jalur-jalur dari pasir menuju ke lubang baglog. Pertumbuhan lembaran jamur yang cukup lebat menutupi aktifitas mereka sehingga tidak sekilas tidak terlihat.

Dengan sedikit panik plus jengkel jalur jalan rayap itu langsung dirusak. Rayap-rayap yang berkeliaran terpaksa dimatikan.

Bagaimana bisa rayap-rayap itu menembus lapisan lilin?

Usut punya usut ternyata mereka tidak memakan lilin lalu membuat lubang sebagai jalan keluar. Tapi kondisi bagloglah yang ikut membantu mereka bisa keluar dari sarangnya. Jadi setiap kali panen, bobot/isi setiap baglog akan berkurang, karena nutrisinya sudah diubah menjadi lembaran-lembaran jamur. Kecepatan dan pertumbuhan jamur di baglog bawah lebih tinggi daripada baglog atas. Kira-kira batasnya satu meter dari permukaan lantai. Sehingga makin lama ketinggian baglog akan menurun/melorot. Selain karena baglog bagian bawah menyusut, juga karena menahan beban baglog dari atas. Akibatnya lilin yang dipakai untuk menyumbat lubang keluar masuk rayap terkelupas karena tekanan dari baglog yang melorot tadi. Kebetulan lubang yang ada di tiang letaknya mepet baglog.

Solusinya?

Untuk saat ini, cara efektif untuk menanggulangi serangan rayap hanya dengan menutup lubang jalan rayap. Tapi karena mepet dengan baglog, akhirnya terpaksa baglognya yang dikorbankan. Ada 2 baglog yang harus dikeluarkan dari rak. Tujuannya agar jalan keluar-masuk rayap tadi terlihat dan bisa ditutup dengan lilin lagi. Selain itu, dengan tidak adanya baglog jamur kuping yang mepet dengan jalan lubang itu, maka kemungkinan lilin terkelupas karena gesekan dengan baglog yang melorot bisa dihindari.

Untuk sementara ini bisa menjadi jalan untuk mengatasi serangan rayap.

Oh, iya, ternyata di bagian lain juga ada serangan serupa. Bedanya ada yang berhasil masuk melalui lubang yang tak sengaja ada di bagian badan baglog. Sumbernya masih sama, dari tiang yang ada di dekat baglog yang telah berlubang itu. Solusinya sama. Lubang di tiang harus ditutup dengna lapisan lilin dan dihindarkan dari kemungkinan gesekan dengan baglog yang melorot. Tapi untuk rayap yang sudah bersarang di baglog sedikit lebih susah. Diketuk-ketuk tak mau keluar. Akhirnya coba ditaburi kapur semut. Ternyata berhasil. Satu jam setelahnya tak ada aktifitas rayap. Kalau diintip di bagian baglog yang berlubang, terihat ada beberapa rayap bergelimpangan tak bergerak.

Ini menjadi sebuah pelajaran sangat berharga. Kalau ingin sedikit menghemat modal dengan memakai bambu bekas, sebaiknya diperiksa dan betul-betul dipastikan tidak ada rayap atau makhluk lain yang bersarang di dalamnya. Mungkin dengan memeriksa setiap lubang yang ada, atau dengan merendamnya sebentar dengan air. Yang jelas, pemeriksaan rutin harus dilakukan dengan teliti terhadap setiap baglog yang kita rawat. Minimal sehari sekali.             .

 

Minggu, 30 Juni 2013

Manfaat Thermo-Hygrometer untuk Budidaya Jamur Kuping

,
Sebagaimana pernah saya singgung dalam tulisan tentang peralatan yang dibutuhkan untuk budidaya jamur kuping, salah satu alat, yang tidak wajib tapi penting, untuk budidaya jamur kuping adalah thermohygrometer.

Apa yang dimaksud dengan thermohygrometer?



Thermohygrometer adalah sebuah alat yang menggabungkan antara fungsi termometer dengan hygrometer. Ukurannya beragam, ada yang sedikit lebih besar dari korek gas, ada pula yang seukuran telepon genggam. Pada umumnya kita lebih mengenal termometer daripada hygrometer, karena fungsinya sebagai pengukur suhu sering dipakai dalam dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan hygrometer relatif jarang terdengar bagi orang awam karena ia hanya berguna untuk mengukur kelembaban udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Oleh karenanya alat ini jarang dipakai kecuali di kalangan yang benar-benar memerlukannya.

Lalu apa manfaatnya dalam budidaya jamur kuping?

Sebagaimana kita ketahui, budidaya jamur kuping memerlukan lingkungan tertentu yang sesuai dengan habitat aslinya. Ada pepatah mengatakan "bak cendawan tumbuh dimusim hujan". Ini menunjukkan bahwa jamur akan tumbuh subur dimusim penghujan, karena ia senang dengan suhu yang relatif dingin dan kelembaban yang tinggi. Untuk dapat mengetahui kondisi lingkungan sehingga bisa menciptakan habitat buatan (dalam kumbung) yang cocok bisa dilakukan dengan alat yang namanya thermohygrometer ini. Bisa dengan insting/kira-kira/menurut pengalaman saja, tapi tentu hasilnya kurang akurat.

Kalau kita amati gambar di atas, dengan mudah kita akan mendapat informasi tentang suhu dan kelembaban tersebut. Kebetulan saya membeli tipe yang memuat informasi tentang suhu di dalam dan di luar ruangan serta kelembabannya. Ada fungsi tambahan berupa mencatat suhu terendah dan tertinggi yang pernah terjadi  dan kelembaban tertinggi serta terendah. Ada tipe lain yang hanya memuat suhu di dalam ruangan serta kelembabannya. Bahkan ada yang ditambah fungsi jam digital. Tapi saya pilih yang ini karena kebetulan stok yang ada waktu itu hanya jenis ini.  

Angka paling atas menunjukkan suhu di luar ruangan sedangkan angka di bawahnya mencatat suhu di dalam ruangan/kumbung. Dari informasi ini saya tahu bahwa dimalam hari suhu bisa turun hingga sekitar 23 derajat dengan perbedaan antara suhu di dalam dan di luar ruangan yang tidak terlalu jauh (kurang dari satu derajat). Sedangkan di siang hari suhu di dalam bisa mencapai 29 derajat dan di luar bisa di atas 30 derajat Celcius. Kelembaban yang tercatat saat ada hujan bisa mencapai di atas 90% (bahkan ketika seminggu terus-terusan hujan pernah mencapai 99%). saat terik matahari kelembaban bisa turun hingga menyentuh 70%.

Apa arti angka-angka ini?

Akan disambung di tulisan berikutnya.

Prospek Bisnis Jamur Kuping

,
Setelah panen ketiga dengan hasil yang cukup baik, saya makin yakin dengan prospek jamur kuping.

Mengapa?


Ada beberapa alasan:
Pertama, harga jamur kuping cenderung stabil. Dari informasi awal yang saya terima, pada awal tahun ini harga jamur kuping siap panen berkisar antara 8000 sampai 8500 per kilogram. Saat ini, menjelang Ramadhan harga meningkat jadi 9000 sampai 9500 per kilogram. Bahkan di bulan puasa ada kemungkinan naik lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Menurut pengalaman pula, harga akan turun pada bulan Dzulhijah atau saat Idul Adha. Penyebab pastinya kurang tahu tapi ada yang berasumsi pada hari raya Idul Adha banyak yang beralih ke daging sehingga permintaan menurun.

Kedua, tidak mengenal musim. Jamur kuping dibudidayakan di dalam kumbung/bangunan sehingga terlindung dari sengatan panas matahari dan hujan. Baik di musim hujan maupun di musim kemarau jamur ini bisa dibudidayakan. Perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim penghujan dan sebaliknya tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil panen, selama perawatan dilakukan dengan baik. Yang paling penting pengaturan frekuensi penyiraman dan pengelolaan hama dan gangguan lainnya. Selama bibit berkualitas baik, lingkungan/kumbung sesuai dan perawatan yang memadai maka kemungkinan hasilnya juga akan baik.
  
Ketiga, jamur kuping telah dibudidayakan bertahun-tahun oleh para petani. Sampai sekarang masih banyak dan makin bertambah jumlah petani pembudidaya jamur ini. Artinya tanaman ini tidak akan/bukan bisnis trend sesaat.

Keempat, pasar sudah terbentuk dan cukup stabil. Di daerah kami sudah ada beberapa pengepul yang siap menampung hasil panen petani. Berapapun hasil panen akan diterima dengan harga yang bersaing. Ini sangat memudahkan bagi petani yang seringkali bermasalah dengan aspek pemasaran produknya. Kalau ingin harga yang lebih tinggi atau harga sedang turun, bisa diproses lebih lanjut dengan cara dikeringkan.



Kelima, perawatan relatif mudah. Selama bibit yang digunakan berkualitas dan lingkungan/kumbung terjaga dengan baik, hanya diperlukan perawatan berupa penyiraman saja. Tak butuh pupuk, penyiangan, apalagi penggunaan obat-obatan semacam pestisida. Hanya air. Siapapun, tanpa ketrampilan dan pengetahuan teknis yang terlalu tinggi  bisa melakukannya. Bahkan ibu-ibu akan sangat mudah merawat/membudidayakan jamur kuping. Memang beberapa tahun yang lalu pernah ada heboh hama/penyakit pada jamur kuping yang namanya krepes di sekitar daerah Sleman, tapi sekarang sudah relatif reda.

Keenam, rantai pasokan bibit, pembudidaya dan pemasaran sudah terbentuk cukup baik. Pemula sekalipun, yang belum pernah terjun ke sawah atau malas bersentuhan dengan lumpur, pupuk, pestisida, pengairan dan berbagai masalah teknis yang biasa dihadapi petani tanaman lainnya, akan bisa belajar dengan cepat dan menghasilkan hasil yang baik serta tidak pusing memikirkan cara memasarkannya, karena sudah ada yang siap menampung.

Kalau ada kemauan, kemungkinan kendalanya hanya satu: MODAL. Masalah klasik.

Sabtu, 29 Juni 2013

Sprayer Lebih Besar, Menyiram Jamur Lebih Lancar

,
Seperti pernah ditulis sebelumnya, saya terpaksa membeli sprayer baru yang bagian tabungnya pecah, kemungkinan akibat terjatuh. Karena pecah, tabung jadi bocor dan angin yang dipompa banyak yang keluar sehingga penyemprotan jamur kuping menjadi lambat.  



Sprayer lama ukurannya kecil, hanya bisa muat 5 liter air. Pertimbangannya waktu itu karena baru coba-coba berkebun jamur kuping, mau sedikit dulu. Cuma 2000 baglog, menurut pengalaman yang sudah-sudah, tak memerlukan penyiraman yang terlalu banyak. Eh, sekarang malah keterusan. Bulan ini jamur akan bertambah 2000 baglog lagi, dan kemungkinan dibulan September akan bertambah lagi 2000.
Jadi total akan merawat 6000 baglog. Maka sekalian saja beli sprayer baru yang berkapasitas lebih besar.

Beli sprayer ini di toko Tani Maju depan MMTC. Merknya Swan berkapasitas 14 liter. Sebenarnya ada 2 jenis, berbahan plastik dan berbahan stainless steel. Kapasitasnya sama merk sama tapi harganya jauuuuh berbeda. Sprayer berbahan plastik 250 ribu sedangkan yang stainless 400 ribu. Mengingat kondisi keuangan akhirnya pilih yang 250 ribu saja.

Sampai di rumah langsung dicoba, memang terasa bedanya.

Sprayer 5 liter hanya ditenteng atau diselempangkan di bahu seperti tas sekolah. Setiap mau menyemprot harus dipompa dulu sampai maksimal. Kalau anginnya habis, taruh di lantai, pompa lagi, karena posisi pompa di bagian atas. Begitu seterusnya sampai semua jamur tersirami. Kalau jamur kuping, sedikit tak masalah karena ringan. Kalau banyak, plus bocor pula, pasti pegel dan buang waktu. Bukan berarti jelek, tapi mungkin sprayer jenis ini lebih cocok untuk petani jamur kuping yang baru memulai dengan kapasitas kumbung yang sedikit (di bawah 1000 baglog), atau untuk wanita/ibu-ibu yang ingin membudidayakan  jamur sendiri.

Sprayer yang baru dengan kapasitas 14 liter jelas beda. Pertama tentu harganya :) Kedua lebih berat. Ketiga pemakaiannya harus digendong, jadi mungkin agak ribet untuk wanita. Juga agak sulit untuk bermanuver (maksudnya berbalik badan ketika menyemprot di lorong yang hanya memiliki satu jalan untuk keluar masuk). Posisi tangkai pemompa yang berada di samping badan sering nyangkut di baglog, terutama pada awal pemakaian karena belum terbiasa. Kalau sudah biasa ya bisa diakali dengan mengarahkannya ke atas mepet badan. Ini karena jarak antar lajur jamur yang hanya 80an cm demi efisiensi lahan, jadi hanya pas badan saja. Selain itu, selang yang besar dan kaku dengan posisi menyamping kadang menyenggol baglog. Kondisi ini bisa membahayakan terutama kalau jamur sudah cukup besar. Sering ada jamur kuping yang tanpa sengaja tercabut. Solusinya selang diarahkan ke bawah lewat di antara dua kaki. Agak kurang nyaman, tapi daripada merusak jamur lebih baik kenyamanan yang sedikit berkurang.

Meski sepertinya banyak kekurangan, tapi sprayer baru ini sangat membantu. Bahkan jauh lebih banyak manfaatnya daripada kekurangannya, apalagi kalau sudah terbiasa.

Penggunannya yang harus digendong justru sangat memudahkan. Sekali isi muat banyak jadi tak harus bolak-balik mengisi tangki. Pemompaan dilakukan sambil menyemprot, sehingga menghemat waktu. Kalau semula sekali menyiram butuh waktu setengah jam sampai satu jam, dengan sprayer baru hanya butuh 10 menit ketika jamur kuping masih kecil dan 20 menit saat jamur sudah menjelang panen (untuk 2000 baglog jamur kuping). Tekanan yang dihasilkan besar dan air yang disemprotkan bisa benar-benar halus seperti kabut dan bisa merata ke seluruh kumbung.    

Jadi jelas penggunaan sprayer dengan kapasitas lebih besar sangat membantu dan memperlancar proses budidaya jamur kuping.  

Selasa, 25 Juni 2013

Melawan Rayap Edisi I

,
Rayap.

Kecil. Ringkih. Tapi bandel.

Sebenarnya aktifitas rayap sudah terlihat sejak dua minggu setelah baglog jamur kuping tertata rapi dan sudah dilubangi. Semula hanya terlihat ada jalur kecil berpasir yang menuju ke lubang di baglog. Setelah ditelusuri ternyata jalur rayap.

Karena dilarang keras pakai bahan kimia semacam pestisida untuk mengatasi hama, terpaksa pakai cara manual. Rayap yang nampak langsung diambil dan dibunuh.

Setelah tak kelihatan ada rayap, langsung ditinggal. Dikira sudah habis, mereka pasti kapok.

Eh, ternyata sorenya ada lagi. Malah lebih banyak.

Lagi-lagi terpaksa dilakukan pemberantasan secara manual. Ambil, bunuh, ambil, bunuh! Wah, serasa ada pembunuhan masal di sini.

Setelah (sepertinya) habis, lalu ditinggal sambil berharap semoga tak ada lagi.

Tapi ternyata esoknya sudah ada lagi.

Jadi penasaran, darimana datangnya rayap-rayap ini. Padahal tak ada yang mengundang. Setelah merunut jalur yang terbuat dari pasir itu, akhirnya ketemu juga. Ternyata sumbernya dari bambu yang digunakan sebagai tiang rak jamur kuping.

Inilah resiko dari keteledoran karena bambu-bambu untuk tiang memang tidak dicek terlebih dahulu. Maklum, demi penghematan dan kebetulan ada, bambu yang dipakai adalah bekas bongkaran atap rumah yang umurnya sudah belasan tahun. Dari luar sepertinya utuh dan tak ada bekas rayap. Eh, ternyata mereka sembunyi lalu keluar pada saat yang tepat.

Masalahnya isi baglog jamur didominasi oleh sisa gergaji kayu. Pasti ini makanan lezat buat mereka. Apalagi kayu yang dipakai dari jenis kayu yang empuk. Pantas rayap jadi bandel dan tak mau pergi juga.

Dan sudah ada dua baglog berlubang menganga yang jadi korban.

Untung ada ide.

Rayap-rayap itu sembunyi di dalam bambu yang tegak berdiri sebagai tiang rak. Pasti mereka menjadikannya semacam markas besar. Terbukti setelah berada di dekatnya, terdengar suara berisik dari dalam.

Nah, untuk keluar masuk tentu ada semacam lubang di sekitar jalur rayap tadi. Ternyata benar. Ketemu satu lubang yang cukup besar. Setelah dipikir-pikir, akhirnya lubang itu ditutup pakai lilin mainan anak. Tidak mungkin pakai lakban karena baglog jamur akan sering disiram. Mau tak mau, cepat atau lambat, pasti terkelupas.

Dan benar saja. Setelah lubang tadi ditutup lilin mainan anak, akhirnya tak ada lagi rayap yang bisa keluar dan merusak baglog.  

Tapi ternyata ini hanya sementara.

sumber gambar: animalpictures123.org

Senin, 24 Juni 2013

Menemukan "The Master Key System"

,
Semula blog ini hanya akan melulu berisi tentang proses belajar membudidayakan jamur kuping yang saat ini sedang saya lakukan. Tapi kok lama-lama ingin ada variasi juga. Akhirnya terpikir untuk menambah artikel dengan tema yang lain.

Kebetulan saya termasuk orang yang sangat membutuhkan motivasi dari luar diri untuk memperkuat motivasi yang ada di dalam. Apalagi saat ini sedang belajar wirausaha. Materi semacam ini sangat penting sebagai nutrisi mental (mencontek istilah Pak Andrie Wongso) agar terus bersemangat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Kali ini tentang sebuah buku motivasi.

Saya sering mendengarkan siaran Pak Andrie Wongso di radio Sonora setiap hari Senin. Belakangan ini beliau sering memberikan saran agar membaca sebuah buku motivasi klasik berjudul The Master Key System.

Karena penasaran, coba-coba tanya ke mbah Gugel. Eh, ternyata ada versi gratisnya, karena sudah masuk public domain, artinya boleh didownload secara legal oleh siapa saja tanpa mengeluarkan biaya. Memang di Amerika, buku-buku klasik yang sudah berusia puluhan tahun dan sudah ada versi digitalnya biasanya boleh diakses oleh siapapun dari seluruh penjuru dunia.

Yang tersedia sementara ini versi Inggris saja. Versi terjemahan dalam bahasa Indonesia sudah ada tapi hanya dalam bentuk cetak saja. Kalau mau beli mungkin bisa di Gramedia atau di tokonya Pak Andrie Wongso.
.
Kalau ada yang membutuhkan, bisa download versi bahasa Inggris dalam bentuk pdf di sini

Setelah Tiga Kali Panen

,
Dengan dilakukannya panen tanggal 20 Juni lalu, berarti budidaya jamur kuping di gudang telah tiga kali memberikan hasil. Total keseluruhan hasil panen pertama, panen kedua dan panen ketiga ternyata mencapai lebih dari 400 kg. Periode penanaman sejak baglog masuk kumbung hingga panen ketiga kurang lebih 2 bulan 20 hari. Agak telat karena panen pertama mundur satu minggu.

Dengan harga jual jamur kuping minimal 9000 per kilo, hasil kotor yang diperoleh lebih dari 3,6 juta rupiah. Ini sudah melebihi harga pembelian 2000 buah baglog tahap pertama yang hanya sebesar 3,3 juta (dicicil 2 kali).

Menurut informasi yang diterima, rata-rata jamur kuping bisa dipanen antara 6 - 7 kali. Dengan demikian masih ada harapan untuk memperoleh hasil panen yang lebih besar lagi, setidaknya dua kali lipat dari junlah total hasil panen sebelumnya. Menurut sebuah buku praktis tentang penanaman jamur kuping, perhitungan standar jumlah hasil panen jamur kuping selama satu masa penanaman dengan jumlah baglog sebanyak 2000 buah adalah sebesar 700 kg. Masih sesuai dengan hasil sementara ini.

Apalagi hari ini, yang berarti empat hari setelah panen, sudah terlihat tanda-tanda munculnya pinhead/tunas baru. Satu dua bahkan ada yang telah mekar. Entah kapan tunasnya muncul, tiba-tiba saja sudah terlihat agak besar, sekitar 5 centi. Belum banyak memang, tapi cukup melegakan. Alhamdulillah.      

Panen Jamur Kuping Tahap Ketiga

,
Alhamdulillah panen lagi.

Tepat setelah 24 hari sebelumnya panen, hari Kamis tanggal 20 Juni yang lalu kembali dilakukan pemanenan jamur kuping sebanyak 2000 baglog. Sebetulnya tidak tepat 2000, karena ada 13 yang berisi jamur tiram dan 4 yang beberapa hari sebelumnya terpaksa dibuang karena terkena krepes. Tapi untuk mempermudah, anggap saja tetap 2000 baglog..


Hasilnya cukup baik.

Kalau pada panen tahap pertama hasilnya sekitar 120an kg, panen kedua 157 kg, panen kali ini 135 kg. Meski mengalami penurunan, hasil ini cukup memuaskan mengingat proses pemanenan sedikit diubah. Tujuannya untuk menghasilkan jamur kuping panen dengan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Maksudnya begini.

Pada panen tahap kedua, hasil panen jamur kuping memang cukup tinggi. Namun ada keluhan dari pembeli tentang kualitas jamur yang agak basah. Ini akibat cuaca yang hampir setiap hari hujan, kelembaban udara tinggi, dan temperatur rendah. Proses pemanenan seperti pada panen pertama ternyata kurang sesuai untuk kondisi seperti ini. Hasil panen jamur agak basah dan kurang kesat. Di satu sisi ini menguntungkan untuk petani karena bobot hasil panen meningkat, tapi merugikan bagi pembeli apalagi pada saat harga relatif tinggi.

Bisnis yang baik tentunya harus menguntungkan kedua belah pihak.

Maka proses panen kali ini diubah.
 
Sebenarnya tidak banyak yang diubah, hanya  proses pra pemanenan saja. Kalau pada panen sebelumnya penghentian penyiraman hanya dilakukan selama satu hari atau 24 jam saja, maka kali ini diperpanjang menjadi 2 x 24 jam. Memang ada konsekuensinya, yaitu jamur akan cenderung lebih kering. Tapi tak apa demi kualitas yang lebih baik dan kepuasan pelanggan.

Hasilnya memang berbeda.

Jamur kuping hasil panen kali ini relatif lebih kesat, meski tetap saja ada beberapa yang bandel dan tak mau menghabiskan persediaan airnya. Konsekuensinya juga nampak, yaitu penurunan bobot total hasil panen. Kalau dilihat sekilas jumlahnya tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Tapi ketika ditimbang tenyata turun 20an kilo. Ya sudah tak apa. Alhamdulillah.

Sayangnya harga juga turun.

Panen sebelumnya sekilo jamur kuping panen dihargai 9.500, kali ini turun jadi 9000 saja. Katanya ini akibat hasil panen kemarin yang agak basah sehingga harga sekarang jadi turun.

Tapi sekali lagi, Alhamdulillah. ini pun sudah cukup baik untuk seorang pemula. Setidak-tidaknya masih relatif stabil di atas seratus kilo. Diharapkan hasil panen selanjutnya tetap sebaik ini sampai tahap panen terakhir.

Minggu, 16 Juni 2013

Sprayer Baru ...

,
Hari Senin kemarin terpaksa beli sprayer baru. Ini gara-gara sprayer lama yang berkapasitas 5 liter pecah/retak di tabung bagian atas.



Sebenarnya sudah agak lama pecah, mungkin sekitar 2 mingguan yang lalu. Bisa dipakai tapi tidak maksimal. Kalau saat normal, sekali dipompa sampai penuh bisa menyiram satu baris jamur. Setelah pecah, tiap maju satu langkah harus dipompa. Puegeelll...

Cari-cari ide akhirnya ditambal pakai lem terus ditimpa lilin mainan (?!). Maklum kalau bisa sedang berusaha berhemat semaksimal mungkin. Hasilnya lumayan, kebocoran bisa ditekan seminimal mungkin. Sprayer bisa dipakai lagi meski tetap tidak bisa sebaik ketika masih utuh. 

Sayangnya itu tidak berlangsung lama. Mungkin kekuatan lem dan lilin terus berkurang karena tiap hari terkena air. Hari Senin pagi kebocoran makin parah. Sudah hampir satu jam menyemprot jamur kuping di kumbung yang hanya terisi 2000 baglog tidak juga selesai. Akhirnya istri protes karena harus antar anak sekolah, belanja ke pasar, buka warung, dll. Parahnya lagi terus ngambek nggak mau jualan, warung tutup. 

Setelah dipikir-pikir, mau tak mau harus beli baru daripada tiap hari jadi masalah karena lambat menyemprot jamur. 

Coba-coba tanya mbah Gugel, ternyata ada banyak varian sprayer dari ukuran 2 liter (sudah punya) sampai 20an liter. Tinggal pilih. Kalau mau berhemat, beli yang 5 literan seperti yang lama. Harganya sekitar 90an ribu. Tapi melihat pengalaman sebelumnya, menyiram baglog sebanyak 2000 saja butuh waktu lama, hampir setengah jam. Kalau pertumbuhan jamur kuping sudah mendekati panen, kira-kira kurang satu minggu, volume air harus ditambah. Makin lama lagi.

Padahal sudah pesan tambahan 2000 baglog jamur kuping yang rencananya akan diantar akhir bulan Juni ini. Setelah itu juga akan ada tambahan sekitar 2000 lagi untuk memenuhi kapasitas gudang yang sudah jadi kumbung ini. Bisa berabe kalau cuma pakai sprayer 5 literan.

Ya sudah akhirnya diputuskan mau beli sprayer yang lebih besar, kapasitas sekitar 15an liter. Tapi harganya lumayan juga, sekitar 250rban. Demi kelancaran usaha, tak apalah berinvestasi sedikit. Yang penting jamur kuping tetap disiram sesuai jadwal, warung tetap buka, dan anak tidak terlambat sekolah. Everybody's happy. Yang nggak happy cuma dompetnya saja ...

Pergilah kami ke toko Tani Maju di daerah Jombor. Untung cukup lengkap. Tapi sprayer besar hanya ada dua jenis. Sama-sama kapasitas 14 liter, sama-sama merk Swan, hanya beda bahan. Sprayer stainless steel 400 ribu sedangkan yang plastik 250 ribu. Mengingat kapasitas dompet yang terbatas, akhirnya pilih yang berbahan plastik saja. 



      

Kamis, 06 Juni 2013

Mengapa Pilih Jamur Kuping

,
Saat ini berkebun jamur bisa menjadi salah satu pilihan usaha yang menguntungkan. Sudah banyak petani yang telah membuktikan. Penghasilan mereka meningkat dan memberi harapan kehidupan yang lebih baik.

Sebenarnya telah lama jamur dibudidayakan di Indonesia. Ada masa pasang-surut. Ada banyak yang berhasil, tak sedikit pula yang gulung tikar. Pilihan jenis jamur yang bisa dibudidayakan pun beragam, seperti jamur merang, jamur champignon, jamur tiram, jamur kuping, jamur lingzhi, dll.



Lalu mengapa sekarang pilih budidaya jamur kuping? Adakah hubungannya dengan tempatnya yang hanya di (bekas) gudang?

Sebenarnya tidak sama sekali.

Budidaya jamur di gudang sangat mungkin dilakukan untuk berbagai jenis jamur lainnya. Termasuk untuk budidaya jamur tiram yang sepertinya saat ini sangat populer (buktinya kalau kita tanya sama Google tentang budidaya jamur, maka sebagian besar hasil pencarian yang keluar tentang jamur tiram).

Saya memilih membudidayakan jamur kuping karena beberapa alasan pribadi:

  1. Merawat jamur kuping relatif mudah. Hanya butuh penyiraman dengan air biasa (tanpa pupuk/obat-obatan sama sekali) 2 - 4 kali sehari. Bahkan kalau umur baglog kurang dari satu minggu (atau sampai dengan seminggu setelah panen) dan cuaca tidak terlalu panas, sekali pengabutan sudah cukup. Hama dan penyakit tentu ada tapi sementara ini masih bisa ditangani.
  2. Harga jamur kuping menguntungkan dan cukup stabil. Menurut informasi, harga jual jamur kuping cenderung tinggi/naik menjelang dan selama bulan Ramadhan (seperti saat ini), lalu turun saat Hari Raya Kurban. Tapi secara umum harga rata-rata selama setahun masih memberikan hasil yang baik.  
  3. Panen jamur kuping bisa diatur waktunya. Inilah salah satu alasan pokok mengapa saya lebih suka memelihara jamur kuping. Umur panen ideal jamur kuping sekitar 24 hari setelah dilubangi atau setelah panen. Tapi mau dipanen lebih awal bisa, telat panen pun tak apa. Mau panen hanya di hari Minggu pun boleh. Tentu ada konsekuensinya masing-masing, namun secara teknis bisa dilakukan. Ada saudara yang sudah panen pada saat umur jamur kuping baru 14 hari, sedangkan panen pertama saya lakukan saat jamur berumur lebih dari 30 hari (karena belum tahu). Ini lain dengan, misalnya, jamur tiram. Jamur tiram bisa lebih cepat panen dan hasilnya juga menguntungkan, tapi rentang waktu panen untuk tiap jamur yang tumbuh hanya kira-kira seminggu setelah tunas muncul. Kalau terlambat dipanen, jamur akan layu dan sulit dijual. Dan, kalau memelihara dalam jumlah ribuan, maka hampir setiap hari akan ada jamur yang harus dipanen. Bayangkan jika panen raya terjadi pada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha ketika jarang ada pedagang yang berjualan di pasar. Hal-hal seperti ini buat kami cukup menyulitkan saat ini. Tapi jika suatu saat nanti benar-benar akan fokus berkebun jamur, jamur tiram tetap menjadi salah satu pilihan menarik disamping membudidayakan jamur kuping.
  4. Umur simpan jamur kuping lebih lama dan bisa dikeringkan. Ini sebagai antisipasi misalnya kalau bila panen sudah dilakukan namun belum laku, maka jamur bisa disimpan lebih dulu atau malah dikeringkan sekalian. Harga jamur kuping kering juga cukup tinggi, sekitar Rp 50.000; bahkan bisa lebih.    
  5. Bisa dijadikan usaha sampingan. Kebetulan saat ini saya bersama istri masih mengelola warung makan kecil-kecilan. Sayang kalau harus ditinggal. Dengan berkebun jamur kuping ada potensi tambahan penghasilan yang cukup menjanjikan tanpa meninggalkan usaha itu. Sebagian pembudidaya jamur kuping di sekitar wilayah kami juga adalah pekerja kantoran. Hasil yang mereka peroleh cukup baik. Tentu saja ini tergantung ketekunan masing-masing. Selain itu, jumlah baglog yang dipelihara juga berpengaruh. Kalau hanya sekitar 1000-2000 baglog masih bisa jadi sambilan. Kalau lebih banyak sebaiknya dipelihara secara intensif. Penyiraman saja mungkin bisa dan mudah dilakukan secara sambilan tapi jika terkena hama/penyakit bisa tidak teramati dan akibatnya hasil berkurang bahkan gagal panen.  

Itulah beberapa alasan mengapa memilih membudidayakan jamur kuping. Mungkin bisa memberi tambahan informasi bagi yang sedang mencari peluang usaha baru terutama di bidang agrobisnis.

Rabu, 29 Mei 2013

Panen Jamur Kuping Tahap Kedua

,
Alhamdulillah panen tahap kedua jamur kuping telah dilakukan kemarin tanggal 27 Mei 2013. Kalau dihitung dari panen pertama, panen kali ini hanya berselang 23 hari saja. Ini kurang lebih sesuai dengan anjuran dari pengepul yang menyarankan panen dilakukan setelah 24 hari saja.



Panen pertama memang agak mundur beberapa hari. Kira-kira pelubangan dilakukan tanggal 1 April lalu panen tanggal 4 Mei. Berarti sekitar 30 hari lebih. Konsekuensinya ada beberapa jamur yang terlalu tua sehingga bobotnya lebih ringan.

Tetapi tak apa, namanya juga masih belajar. Ada kesalahan itu wajar.

Alhamdulillah hasil panen cukup baik. Bobot total 157 kg dari sekitar 1987 baglog. Jumlahnya ganjil karena dari pesanan 2000 baglog jamur kuping, ada 13 baglog yang ternyata panen jamur tiram :).

Harga juga alhamdulillah cukup baik. Kalau panen pertama dibeli Rp 9.000, kali ini harga naik jadi Rp 9.500. Lumayan ada kenaikan 500.

Sayang ada sedikit komplain karena jamur yang dipanen kali ini agak lembab. Sebenarnya ini bukan kesengajaan. Perlakuan yang diberikan sama seperti panen pertama. Artinya jamur disiram terakhir hari Sabtu jam 4 sore. Hari Minggu tidak disiram sama sekali. Hari Senin baru dipanen.

Masalahnya karena cuaca. Kalau panen pertama kebetulan pada seminggu sebelum panen sampai hari pemanenan cuaca cukup panas (bisa sampai 29 derajat) sedangkan kelembaban rendah (hampir menyentuh 70%-an. Sekarang yang semestinya sudah musim kemarau, di sini malah sering hujan. Bahkan sejak tiga hari sebelum panen sampai hari panen tetap hujan meskipun hanya gerimis. Suhu selalu kurang dari 27 derajat, kelembaban sekitar 90 %. Sebenarnya kondisi ini sangat baik kalau terjadi pada saat pertumbuhan. Tapi tidak baik jika terjadi saat panen karena ternyata mempengaruhi kualitas hasil panen. Jamur jadi lembab meski sudah dipetik dan dihamparkan di lantai.

Tapi tak apa. Sekali lagi ini pelajaran berharga.

Semoga panen yang akan datang bisa lebih baik dari segi kuantitas maupun kulitas.

Senin, 06 Mei 2013

Proses Panen Jamur Kuping

,
Dari pengalaman memanen jamur kuping untuk pertama kalinya kemarin, ada beberapa hal yang menarik untuk ditulis disini. Ini penting karena ternyata untuk mendapatkan hasil jamur dengan harga yang baik tidak bisa asal petik saja.  Ada kriteria tertentu yang diharapkan oleh pedagang apabila petani mau harga jual yang lebih tinggi. Perlu diketahui bahwa penjualan jamur kuping di daerah kami umumnya lewat pedagang/ pengepul bukan langsung ke konsumen.

Sebagai gambaran, jika jamur kuping dipanen pada saat kandungan airnya sangat tinggi, maka harganya akan jatuh hingga hampir setengahnya.

Kriteria hasil panen yang dianggap baik (setidaknya dari pengalaman kemarin) adalah  kadar air sedang,   tidak sampai kaku/kering sama sekali tapi kalau dipegang tidak terasa basah dan masih kenyal.
 
Untuk mendapatkan hasil panen seperti ini, ada beberapa proses yang harus dilalui. Hal ini berbeda misalnya dari panen jamur lain seperti jamur tiram yang tinggal petik, kemas, langsung bisa dijual. Jamur kuping harus dikondisikan dengan cara tertentu agar sesuai keinginan pasar.

Proses ini bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebelum panen, saat panen, dan setelah panen.

Tahap Sebelum Panen :
Tahap pertama dimulai sekitar dua hari sebelum panen. Pedagang harus dihubungi lebih dulu untuk memastikan kapan perkiraan tanggal panen. Setelah sepakat, dua hari sebelumnya pedagang akan datang untuk melihat apakah jamur kuping memang telah benar-benar siap dipetik. Sebagian pedagang bahkan bersedia memberi saran apabila tanaman jamur atau kondisi kumbung nampak bermasalah. Apabila telah mencapai umur panen, jamur dibiarkan dua hari tanpa disiram. Wah, jadi kering dong? Memang itu tujuan utamanya. Tapi karena kemarin saat satu hari sebelum panen, suhu sempat mencapai lebih dari 29 derajat dan kelembaban kurang dari 80% karena saat ini musim pancaroba, terpaksa sebagian lantai disiram dan baglog paling atas juga sedikit disiram. Setelah itu tidak ada penyiraman sama sekali sampai dipetik.
Jamur kuping siap panen
Selain tidak disiram, baglog jamur kuping harus dilubangi lagi di bagian belakang untuk memberi jalan bagi pertumbuhan pinhead (tunas jamur) tahap kedua. Jumlahnya juga tiga sebagaimana saat melubangi bagian depan.
Tiga lubang di bagian belakang baglog

Tahap Pemetikan
Jamur kuping yang telah dikondisikan agar kadar airnya menyusut dapat segera dipanen. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari saat bobotnya masih optimal. Pada panen perdana ini disarankan untuk langsung memetik keseluruhan badan jamur kuping hingga akarnya. Akar tidak perlu dibersihkan atau dipotong.  
Jamur yang telah dipetik dihamparkan di lantai beralas plastik atau koran sambil menunggu pengepul yang akan memasukkan ke dalam karung sekaligus menimbangnya sendiri. Ini berlaku terutama bagi yang masih pemula karena mungkin belum terlalu dikenal oleh pedagang. Bisa langsung dimasukkan karung asal sudah ada kesepakatan sebelumnya antara pedagang dengan pembeli. Tujuannya untuk menghindari kekecewaan diantara kedua belah pihak seandainya isi karung tidak sesuai sekaligus menjaga kepercayaan antara keduanya.
Hasil panen jamur kuping 
Perlu dicek jamur di baglog terbawah karena kadang masih basah. Tandanya jika dipegang terasa ada air atau bahkan memang masih nampak jelas ada air di lembaran jamur. Jika demikian ada baiknya jamur diangin-anginkan atau bahkan dijemur sebentar untuk menghilangkan air itu, agar tidak menjatuhkan kualitas dan harga jamur kuping secara keseluruhan. Jamur yang busuk sebaiknya dipisahkan kalau ada.
Jamur kuping dijemur
Seandainya ada jamur kuping yang tidak tumbuh sempurna/kerdil bisa ditinggal supaya tumbuh besar atau boleh juga ikut dipanen.
Jamur kuping kerdil

Tahap Setelah Panen
Setelah jamur kuping selesai dipetik dan dibawa oleh pedagang, kumbung jamur harus segera disapu. Semua kotoran sisa panen harus dihilangkan untuk menghindari tumbuhnya jamur kontaminan. Kemudian segera lakukan pengabutan dan penyiraman pada jamur yang masih ditinggal seandainya ada, dilanjutkan perawatan kumbung jamur sebagaimana biasa.
Baglog jamur kuping setelah dipanen 


Sabtu, 04 Mei 2013

Panen Jamur Kuping Tahap Pertama

,
Alhamdulillah setelah menunggu sekitar satu bulan, hari ini panen jamur kuping di gudang akhirnya dilakukan. Hasilnya cukup lumayan. Baglog sebanyak 2000 buah menghasilkan 111 kg jamur siap jual.
Hasil Panen Jamur Kuping Tahap Pertama

Hasil Panen Dihamparkan Di Lantai Menunggu Pembeli
Saat ini harga jual jamur kuping di tingkat petani Rp 9.000, sehingga pemasukan awal sebesar Rp. 999.000. 

Sebuah kombinasi angka yang unik, antara angka 111 dan 999 (ribu). Semoga menjadi awal yang baik untuk keberhasilan penanaman jamur kuping berikutnya.

Minggu, 28 April 2013

Jumlah Baglog Ideal Buat Pemula

,
Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang alasan "berkebun" jamur kuping di gudang, ada pertanyaan tentang berapa sebaiknya jumlah baglog jamur kuping yang layak dipelihara buat pemula. Tujuannya jelas yaitu sebagai pemula perlu ajang latihan merawat jamur, mengetahui proses-proses budidaya yang baik dan karakter jamur kuping itu sendiri, sekaligus meminimalisir kerugian jika terjadi kesalahan/kegagalan akibat kurangnya pengetahuan.


Jumlahnya harus tepat demi efisiensi dan efektifitas kerja yang nantinya harus dilakukan.

Kalau terlalu sedikit kemungkinan hasilnya tidak akan maksimal atau malah kurang efisien.

Kalau terlalu banyak bisa kerepotan dan tidak mampu menangani dengan baik sehingga hasilnya juga kurang optimal.

Menurut beberapa artikel di internet, jumlah yang disarankan bagi pemula cukup 100 - 500 baglog jamur. Baglog sebanyak ini bisa tertampung dalam kumbung seluas hanya 6 meter persegi saja atau 2 m x 3 m.

Sayangnya (atau malah untungnya?), gudang yang bisa dipakai ternyata berukuran sekitar 5,5 m x 9 m. Setelah dipasang rak bisa diisi antara 4000 - 5000 baglog.

Kalau hanya diisi 500 saja apa ya nggak menyia-nyiakan ruang? Apalagi dengan 500 baglog dalam 5-6 bulan hasilnya tidak terlalu signifikan. Sedangkan waktu dan tenaga untuk merawat 500 atau 5000 baglog sepertinya tidak terlalu jauh berbeda. Yang berbeda hanya modal dan hasilnya.

Setelah tanya sana-sini dan dipikir-pikir, diputuskan untuk mencoba dengan 2000 baglog,berarti sekitar setengah kapasitas gudang. Alasannya lebih pada hasil yang akan didapatkan. Dengan jumlah sekian setidaknya hasil yang akan dicapai di akhir musim bisa dipakai untuk memenuhi kekurangan baglog, alias dengan modal 2000 baglog pada musim kedua junlah jamur kuping bisa menjadi dua kali lipat tanpa menambah modal lagi.

Itu gambaran indah kalau berhasil.

Kalau gagal?

Ya, setidaknya sudah mencoba ...

Intinya, gudang mungkin memang bukan tempat paling ideal untuk memelihara jamur kuping. Tapi tempat seperti ini menjadi alternatif yang baik terutama buat pemula karena beberapa keuntungan seperti:

  • modal yang dikeluarkan lebih kecil, hanya untuk membuat rak dan membeli bibit jamur
  • mudah merawat, mengawasi dan mengontrol perkembangan jamur
  • hemat waktu dan tenaga karena tidak perlu kemana-mana cukup di dalam rumah. Bahkan perawatan bisa dilakukan disela-sela melakukan pekerjaan rumah yang lain

-

Sabtu, 27 April 2013

Tanam Jamur kok Di Gudang ?!

,
Ini mungkin pertanyaan yang langsung terlintas ketika membaca tulisan-tulisan di blog ini.

Apa bisa tumbuh?

Bisa. Telah terbukti jamur kuping dapat tumbuh dengan cukup baik meski dipelihara di bekas gudang. Kalau dihitung-hitung, sekitar 95% baglog telah ditumbuhi pinhead (tunas) jamur, sebagian bahkan telah berkembang dengan baik menjadi lembaran-lembaran jamur. Memang bukan faktor gudangnya yang terpenting. Kualitas bibit yang baik, perawatan, dan kondisi lingkungan yang mendukunglah yang menjadi kunci sehingga tingkat pertumbuhannya cukup tinggi.

Tapi kok di gudang, bukankah harusnya di tempat yang dirancang khusus untuk pemeliharaan jamur?

Tepat sekali. Memang yang paling ideal jamur kuping, sebagaimana jenis-jenis jamur konsumsi lainnya, dipelihara di kumbung jamur yang didesain agar jamur kuping bisa bisa tumbuh secara optimal, meminimalisir kontaminasi, mempermudah perawatan dan memberikan hasil yang maksimal.
Tapi ada kalanya kita ingin mencoba suatu usaha yang kita tahu potensial tapi kondisi keuangan tidak memungkinkan. Maka salah satu jalan ya dengan memaksimalkan apa yang ada.
Ceritanya Lebaran kemarin saat bersilaturahmi ke salah satu saudara ditunjukkan tentang usaha yang baru dijalankan. Beliau membangun sebuah kumbung jamur tepat di belakang rumah. Jamur bisa berkembang baik, sepertinya cukup menjanjikan. Tapi dijelaskan juga kalau biaya total yang harus dikeluarkan untuk membangun kumbung kapasitas sekitar 3000 baglog dan membeli bibit habis sekitar 9 jutaan. Waduh, jauh dari kemampuan saat ini. Akhirnya seiring waktu ide ini terlupakan.
Sekitar Februari, kebetulan isteri ikut arisan keluarga di Turi. Nah, di sana ternyata juga memelihara jamur. Uniknya tidak di kumbung, tapi memanfaatkan bangunan yang sedianya untuk dapur yang karena dana belum mencukupi akhirnya malah dimanfaatkan untuk menanam jamur.
Wah, sepulang dari sana langsung isteri laporan betapa jikalau andaikata seumpama kita punya ruang kosong bisa juga ikut-ikutan usaha seperti itu. Apalagi dari hitung-hitungan di atas kertas kok cukup menjanjikan. Tak perlu jauh-jauh karena di samping kamar ada ruang yang dipakai menyimpan barang-barang pindahan dari rumah kakak. Kebetulan pernah ada yang mau menyewa tapi tidak jadi. Barang-barang yang ada di situ juga boleh dijual kalau laku.
Oke, calon ruangan sudah ada. Terus mau pelihara berapa?
Karena mau menyiram jamur dulu, cerita ini bersambung di posting berikutnya.

  

Senin, 22 April 2013

Jamur Kuping Kering di Baglog

,
Di hari Kartini ini, ada hal baru yang sempat mengejutkan. Beberapa lembar jamur kuping terlihat mengering. Padahal masih di baglog wong memang belum waktunya panen. Setelah semua dicek ternyata ada paling tidak tiga baglog yang seperti ini.

Ciri-ciri:
-  warna lembaran jamur keunguan agak pucat (biasanya kecoklatan dan segar)
-  jamur mengecil
-  saat diraba terasa kaku (biasanya lentur)
-  pinggir jamur berkerut-kerut

Coba digoogle ketemu jawaban ciri ketiga yaitu kerutan di bagian tepi menandakan umur jamur sudah siap panen (padahal baru 21 hari lho) . Tapi tidak ada keterangan lain.

Akhirnya coba tanya sama yang sudah pengalaman, ternyata jawabannya simpel: kurang penyiraman. Padahal sudah disiram seperti biasa: pagi, siang dan sore.

Cek thermo-hydro, baru ketahuan penyebabnya. Hari ini jam satu siang cuaca cerah dan cukup panas di luar. Suhu di atas  28 derajat Celcius kelembaban 80%.

Memang sejak baglog jamur masuk gudang, hampir setiap hari hujan atau paling tidak mendung. Suhu udara relatif rendah sekitar 27 derajat bahkan sempat menyentuh 23 derajat. Kelembaban hampir selalu di angka 85% - 94%. Dalam kondisi seperti ini, penyiraman berlebihan bisa memicu pembusukan maupun perkembangbiakan hama. Maka jamur hanya disiram 2 - 3 kali sebanyak sekitar 1 tangki.

Tanpa terasa perkembangan jamur kuping memang cukup pesat. Hanya dalam waku tiga minggu sejak masuk kumbung atau dua minggu setelah tunas (?) pertama muncul, sebagian baglog sudah ditumbuhi lembaran jamur hingga selebar 15 centi bahkan ada yang lebih. Memang belum semua, mungkin baru 30- 40 % saja. Tapi terlihat 95% sudah tumbuh. Mungkin ini sebabnya penyiraman jadi kurang memadai.      

Solusinya tentu saja harus menambah frekuensi dan volume penyiraman. Plus disarankan setiap dua jam sekali dicek kalau ada jamur yang terlihat kering harus segera disemprot. Penyemprotan cukup pada baglog yang kekurangan air saja, tidak semuanya. Jadi harus disiapkan semprotan kecil khusus untuk perlakuan ini.

Benar saja, setelah disemprot, dalam waktu sekitar setengah jam perubahannya sangat nampak. Jamur yang semula pucat, mengkerut dan kaku langsung terlihat segar, kenyal dan melebar.

Masalah selesai, belajar lagi hal baru, plus tugas baru: patroli jamur tiap 2 jam sekali :)

Selamat Hari Kartini ...

Jumat, 19 April 2013

Kamis, 04 April 2013

Melubangi Baglog Jamur Kuping

,
Sekarang hari ketiga baglog di dalam gudang. Sesuai jadwal hari ini baglog-baglog jamur kuping itu harus dilubangi. Tujuannya untuk memberi jalan bagi tumbuhnya tunas jamur (pinhead).

Kalau diamat sekilas, baglog-baglog ini cukup baik. Miselium telah tumbuh hingga hampir 50% dari tubuh  baglog. Ini penting karena semakin banyak bagian yang tertutup miselium semakin baik. Kemungkinan daya tumbuhnya lebih besar. Ada beberapa baglog nampak terkontaminasi. Sebagian ada yang berlubang dan sobek. Bagian ini harus ditutup dengan lakban untuk mencegah kontaminasi.

Kembali ke proses melubangi baglog. Baglog dilubangi di bagian depan sekitar cincin/mulut baglog. Jumlahnya tiga. Jarak antar lubang dibuat seimbang dan diatur agar lubang antar baglog tidak terlalu mepet satu sama lain. Ini berguna untuk mencegah agar jamur yang membesar tidak saling menutup dan mengganggu pertumbuhan karena lembar jamur dewasa yang sehat bisa mencapai 20 cm bahkan lebih.

Dalam dua hari seluruh baglog telah diberi lubang. Agak lama karena ndilalah ada saja hal lain yang harus dilakukan, terutama urusan rutin di warung yang sulit ditinggal. Memang usaha memelihara jamur kuping ini masih jadi sampingan karena masih bersifat uji coba.

Meski demikian, selesainya proses ini cukup melegakan karena jika tertunda bisa mempengaruhi pertumbuhan jamur. Semakin lama baglog dibiarkan tanpa dilubangi maka pertumbuhan jamur juga bisa makin lama.


Tugas selanjutnya mengontrol baglog dan menjaga lingkungan agar terjaga pada kondisi optimal bagi pertumbuhan jamur. Suhu diusahakan tidak lebih dari 30 derajat dan kelembaban antara 80% - 90%. Pengkabutan dilakukan 2 kali dalam sehari. Bisa lebih jika diperlukan misalnya disiang hari terlalu panas dan kelembaban rendah (lihat di thermo-higrometer). Air dari tangki  tidak langsung disemprotkan ke baglog tetapi hanya disemprotkan di udara sekitar rak dan di lantai. Lantai dijaga agar selalu basah untuk membantu menjaga kelembaban.

Rabu, 03 April 2013

"Senjata" Petani Jamur Kuping tingkat Pemula

,
Judulnya provokatif ya. Masak bertani jamur kuping butuh senjata, kayak mau perang saja.

Tentunya senjata ini bukan sesuatu yang dipergunakan untuk kekerasan. Maksud "senjata" di sini adalah perlengkapan yang perlu disiapkan bagi petani jamur pemula untuk "memerangi" kemungkinan kegagalan dalam menanam jamur.

Alat-alat untuk merawat jamur kuping
 Alat terpenting tentu saja tangki penyemprot manual. Sebenarnya satu tangki ukuran 5 liter dengan nozzle yang bisa diatur sudah memadai untuk merawat hingga 5000 baglog. Di gambar terlihat ada yang lebih kecil ukuran 2 liter. Gunanya sebagai persiapan kalau jamur kuping yang telah besar biasanya ada yang lebih cepat kering dari yang lain sebelum jadwal penyemprotan rutin, sehingga perlu disemprot lebih dulu secara individual untuk menjaga kesegarannya. Kalau usaha berhasil dan jumlah baglog yang dipelihara bertambah banyak, sekaligus mengurangi rasa lelah akibat terus-menerus memompa, tangki bisa diganti alat pengkabut khusus yang bekerja secara otomatis.

Sapu dan pasangannya dibutuhkan untuk menjaga kebersihan. Minimal sehari sekali sebaiknya kumbung dibersihkan. Senter gunanya untuk mengamati baglog satu persatu mengantisipasi gangguan hama, kontaminasi, pembusukan dll. karena kondisi kumbung bekas gudang yang tidak dipasang genteng kaca sehingga terasa gelap. Cutter berguna untuk melubangi baglog.

Thermo-hygrometer
Alat penting lainnya adalah thermo-hygrometer. Ini adalah gabungan antara termometer dan higrometer. Termometer mencatat kondisi suhu ruang kumbung sedangkan higrometer mencatat kelembaban. Harganya tidak terlalu mahal, sekitar 100 ribuan tergantung jenisnya.

Bagi sebagian petani alat ini tidak terlalu penting. Banyak yang telah berhasil meski tanpa alat ini.

Tapi buat saya alat ini adalah salah satu kunci untuk bisa menjaga dan menciptakan kondisi lingkungan yang tepat bagi pertumbuhan jamur kuping. Maklum masih pemula, kumbung yang dipakai bukanlah kumbung ideal, lokasinya pun seadanya. Kalau hanya menduga-duga kondisi suhu atau sekedar mencontoh tempat lain rasanya kurang pas karena setiap daerah, bahkan setiap kumbung, bisa memiliki kondisi suhu dan kelembaban yang berbeda. Adanya alat ini sangat membantu dalam mengetahui kondisi lingkungan secara lebih akurat sekaligus mencari cara menciptakan kondisi lingkungan yang baik buat pertumbuhan jamur kuping.  

Selasa, 02 April 2013

Petualangan Dimulai

,
Akhirnya setelah menunggu hampir 2 bulan, hari ini rencana usaha jamur kuping terlaksana juga. Gudang yang telah disulap menjadi kumbung jamur telah terisi 2000 baglog jamur kuping.

Dua hari lalu baglog diantar ke rumah dengan 2 kali pengiriman masing-masing 1000. Tidak langsung masuk gudang karena meski berhadapan langsung dengan jalan raya, jalan masuknya hanya muat buat motor. Padahal mobil harus ditempatkan sedekat mungkin karena baglog tidak dimasukkan satu-persatu. Terlalu lama. Plus tidak boleh kena panas matahari secara langsung. Terpaksa 1000 ditempatkan di ruang depan tapi langsung penuh, lainnya ditaruh  di teras depan yang jaraknya +/- 15 m.

Baglog-baglog itu dipindahkan dari bak mobil dengan cara dilempar dua-dua oleh dua orang. Satu orang bertugas melempar dari atas bak lainnya menangkap dan menatanya. Sangat cepat. Tidak lebih dari satu jam 1000 baglog jamur kuping telah berpindah dari mobil dan tertata rapi.

Masalah sesungguhnya justru cara memindahkan baglog-baglog itu ke dalam gudang untuk memudahkan pemasangan. Kebetulan orang yang biasa diminta bantuan untuk urusan seperti ini sudah dibooking duluan. Hari Minggu baru bisa. Mau ditinggal begitu saja di luar rumah terlalu riskan. Lha itu duit semua je. Akhirnya nekat dimasukkan sendiri cuma pakai ember muat 8 buah, dibantu isteri.

Kebayang pegelnya. Seribu baglog dibagi 8, tiap baglog bobotnya +/- 1,3 kg (iseng ditimbang) bolak balik 15 meter. Sampai Maghrib baru masuk sekitar dua pertiga, padahal badan sudah pegal-pegal semua. Akhirnya sementara dimasukkan ruang tamu, besok dilanjutkan.  

Rencana semula baglog jamur akan ditaruh di rak di hari Minggu. Tapi berhubung bapak-bapak yang akan membantu menata sudah ditunggu di tempat lain, maka kemarin langsung dipasang. Memang untuk kali pertama ini harus dibantu oleh orang yang sudah berpengalaman mengingat rak yang dipakai untuk jamur agak spesifik. Ada teknik tertentu agar baglog tertata dengan baik dan tidak roboh dan jamur nantinya bisa berkembang dengan baik. Untuk masalah ini mungkin bisa dibahas lain kali.

Dalam sehari 2000 baglog telah terpasang rapi di rak.

Maka mulai hari ini dinyatakan telah resmi (belajar) menjadi petani jamur kuping.  
 

Jamur Segudang Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger Templates