Minggu, 30 Juni 2013

Manfaat Thermo-Hygrometer untuk Budidaya Jamur Kuping

,
Sebagaimana pernah saya singgung dalam tulisan tentang peralatan yang dibutuhkan untuk budidaya jamur kuping, salah satu alat, yang tidak wajib tapi penting, untuk budidaya jamur kuping adalah thermohygrometer.

Apa yang dimaksud dengan thermohygrometer?



Thermohygrometer adalah sebuah alat yang menggabungkan antara fungsi termometer dengan hygrometer. Ukurannya beragam, ada yang sedikit lebih besar dari korek gas, ada pula yang seukuran telepon genggam. Pada umumnya kita lebih mengenal termometer daripada hygrometer, karena fungsinya sebagai pengukur suhu sering dipakai dalam dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan hygrometer relatif jarang terdengar bagi orang awam karena ia hanya berguna untuk mengukur kelembaban udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Oleh karenanya alat ini jarang dipakai kecuali di kalangan yang benar-benar memerlukannya.

Lalu apa manfaatnya dalam budidaya jamur kuping?

Sebagaimana kita ketahui, budidaya jamur kuping memerlukan lingkungan tertentu yang sesuai dengan habitat aslinya. Ada pepatah mengatakan "bak cendawan tumbuh dimusim hujan". Ini menunjukkan bahwa jamur akan tumbuh subur dimusim penghujan, karena ia senang dengan suhu yang relatif dingin dan kelembaban yang tinggi. Untuk dapat mengetahui kondisi lingkungan sehingga bisa menciptakan habitat buatan (dalam kumbung) yang cocok bisa dilakukan dengan alat yang namanya thermohygrometer ini. Bisa dengan insting/kira-kira/menurut pengalaman saja, tapi tentu hasilnya kurang akurat.

Kalau kita amati gambar di atas, dengan mudah kita akan mendapat informasi tentang suhu dan kelembaban tersebut. Kebetulan saya membeli tipe yang memuat informasi tentang suhu di dalam dan di luar ruangan serta kelembabannya. Ada fungsi tambahan berupa mencatat suhu terendah dan tertinggi yang pernah terjadi  dan kelembaban tertinggi serta terendah. Ada tipe lain yang hanya memuat suhu di dalam ruangan serta kelembabannya. Bahkan ada yang ditambah fungsi jam digital. Tapi saya pilih yang ini karena kebetulan stok yang ada waktu itu hanya jenis ini.  

Angka paling atas menunjukkan suhu di luar ruangan sedangkan angka di bawahnya mencatat suhu di dalam ruangan/kumbung. Dari informasi ini saya tahu bahwa dimalam hari suhu bisa turun hingga sekitar 23 derajat dengan perbedaan antara suhu di dalam dan di luar ruangan yang tidak terlalu jauh (kurang dari satu derajat). Sedangkan di siang hari suhu di dalam bisa mencapai 29 derajat dan di luar bisa di atas 30 derajat Celcius. Kelembaban yang tercatat saat ada hujan bisa mencapai di atas 90% (bahkan ketika seminggu terus-terusan hujan pernah mencapai 99%). saat terik matahari kelembaban bisa turun hingga menyentuh 70%.

Apa arti angka-angka ini?

Akan disambung di tulisan berikutnya.

Prospek Bisnis Jamur Kuping

,
Setelah panen ketiga dengan hasil yang cukup baik, saya makin yakin dengan prospek jamur kuping.

Mengapa?


Ada beberapa alasan:
Pertama, harga jamur kuping cenderung stabil. Dari informasi awal yang saya terima, pada awal tahun ini harga jamur kuping siap panen berkisar antara 8000 sampai 8500 per kilogram. Saat ini, menjelang Ramadhan harga meningkat jadi 9000 sampai 9500 per kilogram. Bahkan di bulan puasa ada kemungkinan naik lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Menurut pengalaman pula, harga akan turun pada bulan Dzulhijah atau saat Idul Adha. Penyebab pastinya kurang tahu tapi ada yang berasumsi pada hari raya Idul Adha banyak yang beralih ke daging sehingga permintaan menurun.

Kedua, tidak mengenal musim. Jamur kuping dibudidayakan di dalam kumbung/bangunan sehingga terlindung dari sengatan panas matahari dan hujan. Baik di musim hujan maupun di musim kemarau jamur ini bisa dibudidayakan. Perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim penghujan dan sebaliknya tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil panen, selama perawatan dilakukan dengan baik. Yang paling penting pengaturan frekuensi penyiraman dan pengelolaan hama dan gangguan lainnya. Selama bibit berkualitas baik, lingkungan/kumbung sesuai dan perawatan yang memadai maka kemungkinan hasilnya juga akan baik.
  
Ketiga, jamur kuping telah dibudidayakan bertahun-tahun oleh para petani. Sampai sekarang masih banyak dan makin bertambah jumlah petani pembudidaya jamur ini. Artinya tanaman ini tidak akan/bukan bisnis trend sesaat.

Keempat, pasar sudah terbentuk dan cukup stabil. Di daerah kami sudah ada beberapa pengepul yang siap menampung hasil panen petani. Berapapun hasil panen akan diterima dengan harga yang bersaing. Ini sangat memudahkan bagi petani yang seringkali bermasalah dengan aspek pemasaran produknya. Kalau ingin harga yang lebih tinggi atau harga sedang turun, bisa diproses lebih lanjut dengan cara dikeringkan.



Kelima, perawatan relatif mudah. Selama bibit yang digunakan berkualitas dan lingkungan/kumbung terjaga dengan baik, hanya diperlukan perawatan berupa penyiraman saja. Tak butuh pupuk, penyiangan, apalagi penggunaan obat-obatan semacam pestisida. Hanya air. Siapapun, tanpa ketrampilan dan pengetahuan teknis yang terlalu tinggi  bisa melakukannya. Bahkan ibu-ibu akan sangat mudah merawat/membudidayakan jamur kuping. Memang beberapa tahun yang lalu pernah ada heboh hama/penyakit pada jamur kuping yang namanya krepes di sekitar daerah Sleman, tapi sekarang sudah relatif reda.

Keenam, rantai pasokan bibit, pembudidaya dan pemasaran sudah terbentuk cukup baik. Pemula sekalipun, yang belum pernah terjun ke sawah atau malas bersentuhan dengan lumpur, pupuk, pestisida, pengairan dan berbagai masalah teknis yang biasa dihadapi petani tanaman lainnya, akan bisa belajar dengan cepat dan menghasilkan hasil yang baik serta tidak pusing memikirkan cara memasarkannya, karena sudah ada yang siap menampung.

Kalau ada kemauan, kemungkinan kendalanya hanya satu: MODAL. Masalah klasik.

Sabtu, 29 Juni 2013

Sprayer Lebih Besar, Menyiram Jamur Lebih Lancar

,
Seperti pernah ditulis sebelumnya, saya terpaksa membeli sprayer baru yang bagian tabungnya pecah, kemungkinan akibat terjatuh. Karena pecah, tabung jadi bocor dan angin yang dipompa banyak yang keluar sehingga penyemprotan jamur kuping menjadi lambat.  



Sprayer lama ukurannya kecil, hanya bisa muat 5 liter air. Pertimbangannya waktu itu karena baru coba-coba berkebun jamur kuping, mau sedikit dulu. Cuma 2000 baglog, menurut pengalaman yang sudah-sudah, tak memerlukan penyiraman yang terlalu banyak. Eh, sekarang malah keterusan. Bulan ini jamur akan bertambah 2000 baglog lagi, dan kemungkinan dibulan September akan bertambah lagi 2000.
Jadi total akan merawat 6000 baglog. Maka sekalian saja beli sprayer baru yang berkapasitas lebih besar.

Beli sprayer ini di toko Tani Maju depan MMTC. Merknya Swan berkapasitas 14 liter. Sebenarnya ada 2 jenis, berbahan plastik dan berbahan stainless steel. Kapasitasnya sama merk sama tapi harganya jauuuuh berbeda. Sprayer berbahan plastik 250 ribu sedangkan yang stainless 400 ribu. Mengingat kondisi keuangan akhirnya pilih yang 250 ribu saja.

Sampai di rumah langsung dicoba, memang terasa bedanya.

Sprayer 5 liter hanya ditenteng atau diselempangkan di bahu seperti tas sekolah. Setiap mau menyemprot harus dipompa dulu sampai maksimal. Kalau anginnya habis, taruh di lantai, pompa lagi, karena posisi pompa di bagian atas. Begitu seterusnya sampai semua jamur tersirami. Kalau jamur kuping, sedikit tak masalah karena ringan. Kalau banyak, plus bocor pula, pasti pegel dan buang waktu. Bukan berarti jelek, tapi mungkin sprayer jenis ini lebih cocok untuk petani jamur kuping yang baru memulai dengan kapasitas kumbung yang sedikit (di bawah 1000 baglog), atau untuk wanita/ibu-ibu yang ingin membudidayakan  jamur sendiri.

Sprayer yang baru dengan kapasitas 14 liter jelas beda. Pertama tentu harganya :) Kedua lebih berat. Ketiga pemakaiannya harus digendong, jadi mungkin agak ribet untuk wanita. Juga agak sulit untuk bermanuver (maksudnya berbalik badan ketika menyemprot di lorong yang hanya memiliki satu jalan untuk keluar masuk). Posisi tangkai pemompa yang berada di samping badan sering nyangkut di baglog, terutama pada awal pemakaian karena belum terbiasa. Kalau sudah biasa ya bisa diakali dengan mengarahkannya ke atas mepet badan. Ini karena jarak antar lajur jamur yang hanya 80an cm demi efisiensi lahan, jadi hanya pas badan saja. Selain itu, selang yang besar dan kaku dengan posisi menyamping kadang menyenggol baglog. Kondisi ini bisa membahayakan terutama kalau jamur sudah cukup besar. Sering ada jamur kuping yang tanpa sengaja tercabut. Solusinya selang diarahkan ke bawah lewat di antara dua kaki. Agak kurang nyaman, tapi daripada merusak jamur lebih baik kenyamanan yang sedikit berkurang.

Meski sepertinya banyak kekurangan, tapi sprayer baru ini sangat membantu. Bahkan jauh lebih banyak manfaatnya daripada kekurangannya, apalagi kalau sudah terbiasa.

Penggunannya yang harus digendong justru sangat memudahkan. Sekali isi muat banyak jadi tak harus bolak-balik mengisi tangki. Pemompaan dilakukan sambil menyemprot, sehingga menghemat waktu. Kalau semula sekali menyiram butuh waktu setengah jam sampai satu jam, dengan sprayer baru hanya butuh 10 menit ketika jamur kuping masih kecil dan 20 menit saat jamur sudah menjelang panen (untuk 2000 baglog jamur kuping). Tekanan yang dihasilkan besar dan air yang disemprotkan bisa benar-benar halus seperti kabut dan bisa merata ke seluruh kumbung.    

Jadi jelas penggunaan sprayer dengan kapasitas lebih besar sangat membantu dan memperlancar proses budidaya jamur kuping.  

Selasa, 25 Juni 2013

Melawan Rayap Edisi I

,
Rayap.

Kecil. Ringkih. Tapi bandel.

Sebenarnya aktifitas rayap sudah terlihat sejak dua minggu setelah baglog jamur kuping tertata rapi dan sudah dilubangi. Semula hanya terlihat ada jalur kecil berpasir yang menuju ke lubang di baglog. Setelah ditelusuri ternyata jalur rayap.

Karena dilarang keras pakai bahan kimia semacam pestisida untuk mengatasi hama, terpaksa pakai cara manual. Rayap yang nampak langsung diambil dan dibunuh.

Setelah tak kelihatan ada rayap, langsung ditinggal. Dikira sudah habis, mereka pasti kapok.

Eh, ternyata sorenya ada lagi. Malah lebih banyak.

Lagi-lagi terpaksa dilakukan pemberantasan secara manual. Ambil, bunuh, ambil, bunuh! Wah, serasa ada pembunuhan masal di sini.

Setelah (sepertinya) habis, lalu ditinggal sambil berharap semoga tak ada lagi.

Tapi ternyata esoknya sudah ada lagi.

Jadi penasaran, darimana datangnya rayap-rayap ini. Padahal tak ada yang mengundang. Setelah merunut jalur yang terbuat dari pasir itu, akhirnya ketemu juga. Ternyata sumbernya dari bambu yang digunakan sebagai tiang rak jamur kuping.

Inilah resiko dari keteledoran karena bambu-bambu untuk tiang memang tidak dicek terlebih dahulu. Maklum, demi penghematan dan kebetulan ada, bambu yang dipakai adalah bekas bongkaran atap rumah yang umurnya sudah belasan tahun. Dari luar sepertinya utuh dan tak ada bekas rayap. Eh, ternyata mereka sembunyi lalu keluar pada saat yang tepat.

Masalahnya isi baglog jamur didominasi oleh sisa gergaji kayu. Pasti ini makanan lezat buat mereka. Apalagi kayu yang dipakai dari jenis kayu yang empuk. Pantas rayap jadi bandel dan tak mau pergi juga.

Dan sudah ada dua baglog berlubang menganga yang jadi korban.

Untung ada ide.

Rayap-rayap itu sembunyi di dalam bambu yang tegak berdiri sebagai tiang rak. Pasti mereka menjadikannya semacam markas besar. Terbukti setelah berada di dekatnya, terdengar suara berisik dari dalam.

Nah, untuk keluar masuk tentu ada semacam lubang di sekitar jalur rayap tadi. Ternyata benar. Ketemu satu lubang yang cukup besar. Setelah dipikir-pikir, akhirnya lubang itu ditutup pakai lilin mainan anak. Tidak mungkin pakai lakban karena baglog jamur akan sering disiram. Mau tak mau, cepat atau lambat, pasti terkelupas.

Dan benar saja. Setelah lubang tadi ditutup lilin mainan anak, akhirnya tak ada lagi rayap yang bisa keluar dan merusak baglog.  

Tapi ternyata ini hanya sementara.

sumber gambar: animalpictures123.org

Senin, 24 Juni 2013

Menemukan "The Master Key System"

,
Semula blog ini hanya akan melulu berisi tentang proses belajar membudidayakan jamur kuping yang saat ini sedang saya lakukan. Tapi kok lama-lama ingin ada variasi juga. Akhirnya terpikir untuk menambah artikel dengan tema yang lain.

Kebetulan saya termasuk orang yang sangat membutuhkan motivasi dari luar diri untuk memperkuat motivasi yang ada di dalam. Apalagi saat ini sedang belajar wirausaha. Materi semacam ini sangat penting sebagai nutrisi mental (mencontek istilah Pak Andrie Wongso) agar terus bersemangat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Kali ini tentang sebuah buku motivasi.

Saya sering mendengarkan siaran Pak Andrie Wongso di radio Sonora setiap hari Senin. Belakangan ini beliau sering memberikan saran agar membaca sebuah buku motivasi klasik berjudul The Master Key System.

Karena penasaran, coba-coba tanya ke mbah Gugel. Eh, ternyata ada versi gratisnya, karena sudah masuk public domain, artinya boleh didownload secara legal oleh siapa saja tanpa mengeluarkan biaya. Memang di Amerika, buku-buku klasik yang sudah berusia puluhan tahun dan sudah ada versi digitalnya biasanya boleh diakses oleh siapapun dari seluruh penjuru dunia.

Yang tersedia sementara ini versi Inggris saja. Versi terjemahan dalam bahasa Indonesia sudah ada tapi hanya dalam bentuk cetak saja. Kalau mau beli mungkin bisa di Gramedia atau di tokonya Pak Andrie Wongso.
.
Kalau ada yang membutuhkan, bisa download versi bahasa Inggris dalam bentuk pdf di sini

Setelah Tiga Kali Panen

,
Dengan dilakukannya panen tanggal 20 Juni lalu, berarti budidaya jamur kuping di gudang telah tiga kali memberikan hasil. Total keseluruhan hasil panen pertama, panen kedua dan panen ketiga ternyata mencapai lebih dari 400 kg. Periode penanaman sejak baglog masuk kumbung hingga panen ketiga kurang lebih 2 bulan 20 hari. Agak telat karena panen pertama mundur satu minggu.

Dengan harga jual jamur kuping minimal 9000 per kilo, hasil kotor yang diperoleh lebih dari 3,6 juta rupiah. Ini sudah melebihi harga pembelian 2000 buah baglog tahap pertama yang hanya sebesar 3,3 juta (dicicil 2 kali).

Menurut informasi yang diterima, rata-rata jamur kuping bisa dipanen antara 6 - 7 kali. Dengan demikian masih ada harapan untuk memperoleh hasil panen yang lebih besar lagi, setidaknya dua kali lipat dari junlah total hasil panen sebelumnya. Menurut sebuah buku praktis tentang penanaman jamur kuping, perhitungan standar jumlah hasil panen jamur kuping selama satu masa penanaman dengan jumlah baglog sebanyak 2000 buah adalah sebesar 700 kg. Masih sesuai dengan hasil sementara ini.

Apalagi hari ini, yang berarti empat hari setelah panen, sudah terlihat tanda-tanda munculnya pinhead/tunas baru. Satu dua bahkan ada yang telah mekar. Entah kapan tunasnya muncul, tiba-tiba saja sudah terlihat agak besar, sekitar 5 centi. Belum banyak memang, tapi cukup melegakan. Alhamdulillah.      

Panen Jamur Kuping Tahap Ketiga

,
Alhamdulillah panen lagi.

Tepat setelah 24 hari sebelumnya panen, hari Kamis tanggal 20 Juni yang lalu kembali dilakukan pemanenan jamur kuping sebanyak 2000 baglog. Sebetulnya tidak tepat 2000, karena ada 13 yang berisi jamur tiram dan 4 yang beberapa hari sebelumnya terpaksa dibuang karena terkena krepes. Tapi untuk mempermudah, anggap saja tetap 2000 baglog..


Hasilnya cukup baik.

Kalau pada panen tahap pertama hasilnya sekitar 120an kg, panen kedua 157 kg, panen kali ini 135 kg. Meski mengalami penurunan, hasil ini cukup memuaskan mengingat proses pemanenan sedikit diubah. Tujuannya untuk menghasilkan jamur kuping panen dengan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Maksudnya begini.

Pada panen tahap kedua, hasil panen jamur kuping memang cukup tinggi. Namun ada keluhan dari pembeli tentang kualitas jamur yang agak basah. Ini akibat cuaca yang hampir setiap hari hujan, kelembaban udara tinggi, dan temperatur rendah. Proses pemanenan seperti pada panen pertama ternyata kurang sesuai untuk kondisi seperti ini. Hasil panen jamur agak basah dan kurang kesat. Di satu sisi ini menguntungkan untuk petani karena bobot hasil panen meningkat, tapi merugikan bagi pembeli apalagi pada saat harga relatif tinggi.

Bisnis yang baik tentunya harus menguntungkan kedua belah pihak.

Maka proses panen kali ini diubah.
 
Sebenarnya tidak banyak yang diubah, hanya  proses pra pemanenan saja. Kalau pada panen sebelumnya penghentian penyiraman hanya dilakukan selama satu hari atau 24 jam saja, maka kali ini diperpanjang menjadi 2 x 24 jam. Memang ada konsekuensinya, yaitu jamur akan cenderung lebih kering. Tapi tak apa demi kualitas yang lebih baik dan kepuasan pelanggan.

Hasilnya memang berbeda.

Jamur kuping hasil panen kali ini relatif lebih kesat, meski tetap saja ada beberapa yang bandel dan tak mau menghabiskan persediaan airnya. Konsekuensinya juga nampak, yaitu penurunan bobot total hasil panen. Kalau dilihat sekilas jumlahnya tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Tapi ketika ditimbang tenyata turun 20an kilo. Ya sudah tak apa. Alhamdulillah.

Sayangnya harga juga turun.

Panen sebelumnya sekilo jamur kuping panen dihargai 9.500, kali ini turun jadi 9000 saja. Katanya ini akibat hasil panen kemarin yang agak basah sehingga harga sekarang jadi turun.

Tapi sekali lagi, Alhamdulillah. ini pun sudah cukup baik untuk seorang pemula. Setidak-tidaknya masih relatif stabil di atas seratus kilo. Diharapkan hasil panen selanjutnya tetap sebaik ini sampai tahap panen terakhir.

Minggu, 16 Juni 2013

Sprayer Baru ...

,
Hari Senin kemarin terpaksa beli sprayer baru. Ini gara-gara sprayer lama yang berkapasitas 5 liter pecah/retak di tabung bagian atas.



Sebenarnya sudah agak lama pecah, mungkin sekitar 2 mingguan yang lalu. Bisa dipakai tapi tidak maksimal. Kalau saat normal, sekali dipompa sampai penuh bisa menyiram satu baris jamur. Setelah pecah, tiap maju satu langkah harus dipompa. Puegeelll...

Cari-cari ide akhirnya ditambal pakai lem terus ditimpa lilin mainan (?!). Maklum kalau bisa sedang berusaha berhemat semaksimal mungkin. Hasilnya lumayan, kebocoran bisa ditekan seminimal mungkin. Sprayer bisa dipakai lagi meski tetap tidak bisa sebaik ketika masih utuh. 

Sayangnya itu tidak berlangsung lama. Mungkin kekuatan lem dan lilin terus berkurang karena tiap hari terkena air. Hari Senin pagi kebocoran makin parah. Sudah hampir satu jam menyemprot jamur kuping di kumbung yang hanya terisi 2000 baglog tidak juga selesai. Akhirnya istri protes karena harus antar anak sekolah, belanja ke pasar, buka warung, dll. Parahnya lagi terus ngambek nggak mau jualan, warung tutup. 

Setelah dipikir-pikir, mau tak mau harus beli baru daripada tiap hari jadi masalah karena lambat menyemprot jamur. 

Coba-coba tanya mbah Gugel, ternyata ada banyak varian sprayer dari ukuran 2 liter (sudah punya) sampai 20an liter. Tinggal pilih. Kalau mau berhemat, beli yang 5 literan seperti yang lama. Harganya sekitar 90an ribu. Tapi melihat pengalaman sebelumnya, menyiram baglog sebanyak 2000 saja butuh waktu lama, hampir setengah jam. Kalau pertumbuhan jamur kuping sudah mendekati panen, kira-kira kurang satu minggu, volume air harus ditambah. Makin lama lagi.

Padahal sudah pesan tambahan 2000 baglog jamur kuping yang rencananya akan diantar akhir bulan Juni ini. Setelah itu juga akan ada tambahan sekitar 2000 lagi untuk memenuhi kapasitas gudang yang sudah jadi kumbung ini. Bisa berabe kalau cuma pakai sprayer 5 literan.

Ya sudah akhirnya diputuskan mau beli sprayer yang lebih besar, kapasitas sekitar 15an liter. Tapi harganya lumayan juga, sekitar 250rban. Demi kelancaran usaha, tak apalah berinvestasi sedikit. Yang penting jamur kuping tetap disiram sesuai jadwal, warung tetap buka, dan anak tidak terlambat sekolah. Everybody's happy. Yang nggak happy cuma dompetnya saja ...

Pergilah kami ke toko Tani Maju di daerah Jombor. Untung cukup lengkap. Tapi sprayer besar hanya ada dua jenis. Sama-sama kapasitas 14 liter, sama-sama merk Swan, hanya beda bahan. Sprayer stainless steel 400 ribu sedangkan yang plastik 250 ribu. Mengingat kapasitas dompet yang terbatas, akhirnya pilih yang berbahan plastik saja. 



      

Kamis, 06 Juni 2013

Mengapa Pilih Jamur Kuping

,
Saat ini berkebun jamur bisa menjadi salah satu pilihan usaha yang menguntungkan. Sudah banyak petani yang telah membuktikan. Penghasilan mereka meningkat dan memberi harapan kehidupan yang lebih baik.

Sebenarnya telah lama jamur dibudidayakan di Indonesia. Ada masa pasang-surut. Ada banyak yang berhasil, tak sedikit pula yang gulung tikar. Pilihan jenis jamur yang bisa dibudidayakan pun beragam, seperti jamur merang, jamur champignon, jamur tiram, jamur kuping, jamur lingzhi, dll.



Lalu mengapa sekarang pilih budidaya jamur kuping? Adakah hubungannya dengan tempatnya yang hanya di (bekas) gudang?

Sebenarnya tidak sama sekali.

Budidaya jamur di gudang sangat mungkin dilakukan untuk berbagai jenis jamur lainnya. Termasuk untuk budidaya jamur tiram yang sepertinya saat ini sangat populer (buktinya kalau kita tanya sama Google tentang budidaya jamur, maka sebagian besar hasil pencarian yang keluar tentang jamur tiram).

Saya memilih membudidayakan jamur kuping karena beberapa alasan pribadi:

  1. Merawat jamur kuping relatif mudah. Hanya butuh penyiraman dengan air biasa (tanpa pupuk/obat-obatan sama sekali) 2 - 4 kali sehari. Bahkan kalau umur baglog kurang dari satu minggu (atau sampai dengan seminggu setelah panen) dan cuaca tidak terlalu panas, sekali pengabutan sudah cukup. Hama dan penyakit tentu ada tapi sementara ini masih bisa ditangani.
  2. Harga jamur kuping menguntungkan dan cukup stabil. Menurut informasi, harga jual jamur kuping cenderung tinggi/naik menjelang dan selama bulan Ramadhan (seperti saat ini), lalu turun saat Hari Raya Kurban. Tapi secara umum harga rata-rata selama setahun masih memberikan hasil yang baik.  
  3. Panen jamur kuping bisa diatur waktunya. Inilah salah satu alasan pokok mengapa saya lebih suka memelihara jamur kuping. Umur panen ideal jamur kuping sekitar 24 hari setelah dilubangi atau setelah panen. Tapi mau dipanen lebih awal bisa, telat panen pun tak apa. Mau panen hanya di hari Minggu pun boleh. Tentu ada konsekuensinya masing-masing, namun secara teknis bisa dilakukan. Ada saudara yang sudah panen pada saat umur jamur kuping baru 14 hari, sedangkan panen pertama saya lakukan saat jamur berumur lebih dari 30 hari (karena belum tahu). Ini lain dengan, misalnya, jamur tiram. Jamur tiram bisa lebih cepat panen dan hasilnya juga menguntungkan, tapi rentang waktu panen untuk tiap jamur yang tumbuh hanya kira-kira seminggu setelah tunas muncul. Kalau terlambat dipanen, jamur akan layu dan sulit dijual. Dan, kalau memelihara dalam jumlah ribuan, maka hampir setiap hari akan ada jamur yang harus dipanen. Bayangkan jika panen raya terjadi pada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha ketika jarang ada pedagang yang berjualan di pasar. Hal-hal seperti ini buat kami cukup menyulitkan saat ini. Tapi jika suatu saat nanti benar-benar akan fokus berkebun jamur, jamur tiram tetap menjadi salah satu pilihan menarik disamping membudidayakan jamur kuping.
  4. Umur simpan jamur kuping lebih lama dan bisa dikeringkan. Ini sebagai antisipasi misalnya kalau bila panen sudah dilakukan namun belum laku, maka jamur bisa disimpan lebih dulu atau malah dikeringkan sekalian. Harga jamur kuping kering juga cukup tinggi, sekitar Rp 50.000; bahkan bisa lebih.    
  5. Bisa dijadikan usaha sampingan. Kebetulan saat ini saya bersama istri masih mengelola warung makan kecil-kecilan. Sayang kalau harus ditinggal. Dengan berkebun jamur kuping ada potensi tambahan penghasilan yang cukup menjanjikan tanpa meninggalkan usaha itu. Sebagian pembudidaya jamur kuping di sekitar wilayah kami juga adalah pekerja kantoran. Hasil yang mereka peroleh cukup baik. Tentu saja ini tergantung ketekunan masing-masing. Selain itu, jumlah baglog yang dipelihara juga berpengaruh. Kalau hanya sekitar 1000-2000 baglog masih bisa jadi sambilan. Kalau lebih banyak sebaiknya dipelihara secara intensif. Penyiraman saja mungkin bisa dan mudah dilakukan secara sambilan tapi jika terkena hama/penyakit bisa tidak teramati dan akibatnya hasil berkurang bahkan gagal panen.  

Itulah beberapa alasan mengapa memilih membudidayakan jamur kuping. Mungkin bisa memberi tambahan informasi bagi yang sedang mencari peluang usaha baru terutama di bidang agrobisnis.

 

Jamur Segudang Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger Templates