Tampilkan postingan dengan label jamur kuping. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jamur kuping. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Juli 2013

Cara Mengatasi Serangan Rayap: Bagian II

,
Ini adalah lanjutan dari tulisan berjudul Melawan Rayap Edisi I.

Sebelumnya rayap yang menyerang beberapa baglog jamur kuping sepertinya telah berhasil diatasi. Tidak tampak lagi rayap hilir mudik membangun "terowongan" sebagai penghubung antara baglog yang telah digangsir dengan "markas besar"nya yang ada di tiang. Lubang jalan keluar masuk rayap di tiang itu telah tertutup sempurna dengan lilin mainan anak.

Baglog bekas dilubangi rayap berbekas cukup dalam. Nampaknya kerja rayap-rayap itu cukup cepat sehingga bisa meninggalkan bekas seperti itu. Untung cepat ketahuan. Selain itu, ternyata jamur kuping yang tumbuh di dekat lubang itu pertumbuhannya tidak terpengaruh. Setelah dipanenpun jamur tetap tumbuh lagi.

Satu hari, dua hari, tiga hari, tak tampak ada aktifitas rayap. Yakin rayap sudah tak mungkin keluar, pengecekan mulai jarang dilakukan. Sampai panen kedua, kondisi tetap aman. Sekali-sekali baglog masih diperiksa, tapi tak tampak ada serangan rayap lagi.

Tanpa diduga, setelah panen jamur yang ketiga ternyata tanda-tanda serangan rayap muncul lagi. Ada jalur-jalur dari pasir menuju ke lubang baglog. Pertumbuhan lembaran jamur yang cukup lebat menutupi aktifitas mereka sehingga tidak sekilas tidak terlihat.

Dengan sedikit panik plus jengkel jalur jalan rayap itu langsung dirusak. Rayap-rayap yang berkeliaran terpaksa dimatikan.

Bagaimana bisa rayap-rayap itu menembus lapisan lilin?

Usut punya usut ternyata mereka tidak memakan lilin lalu membuat lubang sebagai jalan keluar. Tapi kondisi bagloglah yang ikut membantu mereka bisa keluar dari sarangnya. Jadi setiap kali panen, bobot/isi setiap baglog akan berkurang, karena nutrisinya sudah diubah menjadi lembaran-lembaran jamur. Kecepatan dan pertumbuhan jamur di baglog bawah lebih tinggi daripada baglog atas. Kira-kira batasnya satu meter dari permukaan lantai. Sehingga makin lama ketinggian baglog akan menurun/melorot. Selain karena baglog bagian bawah menyusut, juga karena menahan beban baglog dari atas. Akibatnya lilin yang dipakai untuk menyumbat lubang keluar masuk rayap terkelupas karena tekanan dari baglog yang melorot tadi. Kebetulan lubang yang ada di tiang letaknya mepet baglog.

Solusinya?

Untuk saat ini, cara efektif untuk menanggulangi serangan rayap hanya dengan menutup lubang jalan rayap. Tapi karena mepet dengan baglog, akhirnya terpaksa baglognya yang dikorbankan. Ada 2 baglog yang harus dikeluarkan dari rak. Tujuannya agar jalan keluar-masuk rayap tadi terlihat dan bisa ditutup dengan lilin lagi. Selain itu, dengan tidak adanya baglog jamur kuping yang mepet dengan jalan lubang itu, maka kemungkinan lilin terkelupas karena gesekan dengan baglog yang melorot bisa dihindari.

Untuk sementara ini bisa menjadi jalan untuk mengatasi serangan rayap.

Oh, iya, ternyata di bagian lain juga ada serangan serupa. Bedanya ada yang berhasil masuk melalui lubang yang tak sengaja ada di bagian badan baglog. Sumbernya masih sama, dari tiang yang ada di dekat baglog yang telah berlubang itu. Solusinya sama. Lubang di tiang harus ditutup dengna lapisan lilin dan dihindarkan dari kemungkinan gesekan dengan baglog yang melorot. Tapi untuk rayap yang sudah bersarang di baglog sedikit lebih susah. Diketuk-ketuk tak mau keluar. Akhirnya coba ditaburi kapur semut. Ternyata berhasil. Satu jam setelahnya tak ada aktifitas rayap. Kalau diintip di bagian baglog yang berlubang, terihat ada beberapa rayap bergelimpangan tak bergerak.

Ini menjadi sebuah pelajaran sangat berharga. Kalau ingin sedikit menghemat modal dengan memakai bambu bekas, sebaiknya diperiksa dan betul-betul dipastikan tidak ada rayap atau makhluk lain yang bersarang di dalamnya. Mungkin dengan memeriksa setiap lubang yang ada, atau dengan merendamnya sebentar dengan air. Yang jelas, pemeriksaan rutin harus dilakukan dengan teliti terhadap setiap baglog yang kita rawat. Minimal sehari sekali.             .

 

Minggu, 30 Juni 2013

Prospek Bisnis Jamur Kuping

,
Setelah panen ketiga dengan hasil yang cukup baik, saya makin yakin dengan prospek jamur kuping.

Mengapa?


Ada beberapa alasan:
Pertama, harga jamur kuping cenderung stabil. Dari informasi awal yang saya terima, pada awal tahun ini harga jamur kuping siap panen berkisar antara 8000 sampai 8500 per kilogram. Saat ini, menjelang Ramadhan harga meningkat jadi 9000 sampai 9500 per kilogram. Bahkan di bulan puasa ada kemungkinan naik lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Menurut pengalaman pula, harga akan turun pada bulan Dzulhijah atau saat Idul Adha. Penyebab pastinya kurang tahu tapi ada yang berasumsi pada hari raya Idul Adha banyak yang beralih ke daging sehingga permintaan menurun.

Kedua, tidak mengenal musim. Jamur kuping dibudidayakan di dalam kumbung/bangunan sehingga terlindung dari sengatan panas matahari dan hujan. Baik di musim hujan maupun di musim kemarau jamur ini bisa dibudidayakan. Perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim penghujan dan sebaliknya tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil panen, selama perawatan dilakukan dengan baik. Yang paling penting pengaturan frekuensi penyiraman dan pengelolaan hama dan gangguan lainnya. Selama bibit berkualitas baik, lingkungan/kumbung sesuai dan perawatan yang memadai maka kemungkinan hasilnya juga akan baik.
  
Ketiga, jamur kuping telah dibudidayakan bertahun-tahun oleh para petani. Sampai sekarang masih banyak dan makin bertambah jumlah petani pembudidaya jamur ini. Artinya tanaman ini tidak akan/bukan bisnis trend sesaat.

Keempat, pasar sudah terbentuk dan cukup stabil. Di daerah kami sudah ada beberapa pengepul yang siap menampung hasil panen petani. Berapapun hasil panen akan diterima dengan harga yang bersaing. Ini sangat memudahkan bagi petani yang seringkali bermasalah dengan aspek pemasaran produknya. Kalau ingin harga yang lebih tinggi atau harga sedang turun, bisa diproses lebih lanjut dengan cara dikeringkan.



Kelima, perawatan relatif mudah. Selama bibit yang digunakan berkualitas dan lingkungan/kumbung terjaga dengan baik, hanya diperlukan perawatan berupa penyiraman saja. Tak butuh pupuk, penyiangan, apalagi penggunaan obat-obatan semacam pestisida. Hanya air. Siapapun, tanpa ketrampilan dan pengetahuan teknis yang terlalu tinggi  bisa melakukannya. Bahkan ibu-ibu akan sangat mudah merawat/membudidayakan jamur kuping. Memang beberapa tahun yang lalu pernah ada heboh hama/penyakit pada jamur kuping yang namanya krepes di sekitar daerah Sleman, tapi sekarang sudah relatif reda.

Keenam, rantai pasokan bibit, pembudidaya dan pemasaran sudah terbentuk cukup baik. Pemula sekalipun, yang belum pernah terjun ke sawah atau malas bersentuhan dengan lumpur, pupuk, pestisida, pengairan dan berbagai masalah teknis yang biasa dihadapi petani tanaman lainnya, akan bisa belajar dengan cepat dan menghasilkan hasil yang baik serta tidak pusing memikirkan cara memasarkannya, karena sudah ada yang siap menampung.

Kalau ada kemauan, kemungkinan kendalanya hanya satu: MODAL. Masalah klasik.

Senin, 24 Juni 2013

Panen Jamur Kuping Tahap Ketiga

,
Alhamdulillah panen lagi.

Tepat setelah 24 hari sebelumnya panen, hari Kamis tanggal 20 Juni yang lalu kembali dilakukan pemanenan jamur kuping sebanyak 2000 baglog. Sebetulnya tidak tepat 2000, karena ada 13 yang berisi jamur tiram dan 4 yang beberapa hari sebelumnya terpaksa dibuang karena terkena krepes. Tapi untuk mempermudah, anggap saja tetap 2000 baglog..


Hasilnya cukup baik.

Kalau pada panen tahap pertama hasilnya sekitar 120an kg, panen kedua 157 kg, panen kali ini 135 kg. Meski mengalami penurunan, hasil ini cukup memuaskan mengingat proses pemanenan sedikit diubah. Tujuannya untuk menghasilkan jamur kuping panen dengan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Maksudnya begini.

Pada panen tahap kedua, hasil panen jamur kuping memang cukup tinggi. Namun ada keluhan dari pembeli tentang kualitas jamur yang agak basah. Ini akibat cuaca yang hampir setiap hari hujan, kelembaban udara tinggi, dan temperatur rendah. Proses pemanenan seperti pada panen pertama ternyata kurang sesuai untuk kondisi seperti ini. Hasil panen jamur agak basah dan kurang kesat. Di satu sisi ini menguntungkan untuk petani karena bobot hasil panen meningkat, tapi merugikan bagi pembeli apalagi pada saat harga relatif tinggi.

Bisnis yang baik tentunya harus menguntungkan kedua belah pihak.

Maka proses panen kali ini diubah.
 
Sebenarnya tidak banyak yang diubah, hanya  proses pra pemanenan saja. Kalau pada panen sebelumnya penghentian penyiraman hanya dilakukan selama satu hari atau 24 jam saja, maka kali ini diperpanjang menjadi 2 x 24 jam. Memang ada konsekuensinya, yaitu jamur akan cenderung lebih kering. Tapi tak apa demi kualitas yang lebih baik dan kepuasan pelanggan.

Hasilnya memang berbeda.

Jamur kuping hasil panen kali ini relatif lebih kesat, meski tetap saja ada beberapa yang bandel dan tak mau menghabiskan persediaan airnya. Konsekuensinya juga nampak, yaitu penurunan bobot total hasil panen. Kalau dilihat sekilas jumlahnya tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Tapi ketika ditimbang tenyata turun 20an kilo. Ya sudah tak apa. Alhamdulillah.

Sayangnya harga juga turun.

Panen sebelumnya sekilo jamur kuping panen dihargai 9.500, kali ini turun jadi 9000 saja. Katanya ini akibat hasil panen kemarin yang agak basah sehingga harga sekarang jadi turun.

Tapi sekali lagi, Alhamdulillah. ini pun sudah cukup baik untuk seorang pemula. Setidak-tidaknya masih relatif stabil di atas seratus kilo. Diharapkan hasil panen selanjutnya tetap sebaik ini sampai tahap panen terakhir.

Kamis, 06 Juni 2013

Mengapa Pilih Jamur Kuping

,
Saat ini berkebun jamur bisa menjadi salah satu pilihan usaha yang menguntungkan. Sudah banyak petani yang telah membuktikan. Penghasilan mereka meningkat dan memberi harapan kehidupan yang lebih baik.

Sebenarnya telah lama jamur dibudidayakan di Indonesia. Ada masa pasang-surut. Ada banyak yang berhasil, tak sedikit pula yang gulung tikar. Pilihan jenis jamur yang bisa dibudidayakan pun beragam, seperti jamur merang, jamur champignon, jamur tiram, jamur kuping, jamur lingzhi, dll.



Lalu mengapa sekarang pilih budidaya jamur kuping? Adakah hubungannya dengan tempatnya yang hanya di (bekas) gudang?

Sebenarnya tidak sama sekali.

Budidaya jamur di gudang sangat mungkin dilakukan untuk berbagai jenis jamur lainnya. Termasuk untuk budidaya jamur tiram yang sepertinya saat ini sangat populer (buktinya kalau kita tanya sama Google tentang budidaya jamur, maka sebagian besar hasil pencarian yang keluar tentang jamur tiram).

Saya memilih membudidayakan jamur kuping karena beberapa alasan pribadi:

  1. Merawat jamur kuping relatif mudah. Hanya butuh penyiraman dengan air biasa (tanpa pupuk/obat-obatan sama sekali) 2 - 4 kali sehari. Bahkan kalau umur baglog kurang dari satu minggu (atau sampai dengan seminggu setelah panen) dan cuaca tidak terlalu panas, sekali pengabutan sudah cukup. Hama dan penyakit tentu ada tapi sementara ini masih bisa ditangani.
  2. Harga jamur kuping menguntungkan dan cukup stabil. Menurut informasi, harga jual jamur kuping cenderung tinggi/naik menjelang dan selama bulan Ramadhan (seperti saat ini), lalu turun saat Hari Raya Kurban. Tapi secara umum harga rata-rata selama setahun masih memberikan hasil yang baik.  
  3. Panen jamur kuping bisa diatur waktunya. Inilah salah satu alasan pokok mengapa saya lebih suka memelihara jamur kuping. Umur panen ideal jamur kuping sekitar 24 hari setelah dilubangi atau setelah panen. Tapi mau dipanen lebih awal bisa, telat panen pun tak apa. Mau panen hanya di hari Minggu pun boleh. Tentu ada konsekuensinya masing-masing, namun secara teknis bisa dilakukan. Ada saudara yang sudah panen pada saat umur jamur kuping baru 14 hari, sedangkan panen pertama saya lakukan saat jamur berumur lebih dari 30 hari (karena belum tahu). Ini lain dengan, misalnya, jamur tiram. Jamur tiram bisa lebih cepat panen dan hasilnya juga menguntungkan, tapi rentang waktu panen untuk tiap jamur yang tumbuh hanya kira-kira seminggu setelah tunas muncul. Kalau terlambat dipanen, jamur akan layu dan sulit dijual. Dan, kalau memelihara dalam jumlah ribuan, maka hampir setiap hari akan ada jamur yang harus dipanen. Bayangkan jika panen raya terjadi pada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha ketika jarang ada pedagang yang berjualan di pasar. Hal-hal seperti ini buat kami cukup menyulitkan saat ini. Tapi jika suatu saat nanti benar-benar akan fokus berkebun jamur, jamur tiram tetap menjadi salah satu pilihan menarik disamping membudidayakan jamur kuping.
  4. Umur simpan jamur kuping lebih lama dan bisa dikeringkan. Ini sebagai antisipasi misalnya kalau bila panen sudah dilakukan namun belum laku, maka jamur bisa disimpan lebih dulu atau malah dikeringkan sekalian. Harga jamur kuping kering juga cukup tinggi, sekitar Rp 50.000; bahkan bisa lebih.    
  5. Bisa dijadikan usaha sampingan. Kebetulan saat ini saya bersama istri masih mengelola warung makan kecil-kecilan. Sayang kalau harus ditinggal. Dengan berkebun jamur kuping ada potensi tambahan penghasilan yang cukup menjanjikan tanpa meninggalkan usaha itu. Sebagian pembudidaya jamur kuping di sekitar wilayah kami juga adalah pekerja kantoran. Hasil yang mereka peroleh cukup baik. Tentu saja ini tergantung ketekunan masing-masing. Selain itu, jumlah baglog yang dipelihara juga berpengaruh. Kalau hanya sekitar 1000-2000 baglog masih bisa jadi sambilan. Kalau lebih banyak sebaiknya dipelihara secara intensif. Penyiraman saja mungkin bisa dan mudah dilakukan secara sambilan tapi jika terkena hama/penyakit bisa tidak teramati dan akibatnya hasil berkurang bahkan gagal panen.  

Itulah beberapa alasan mengapa memilih membudidayakan jamur kuping. Mungkin bisa memberi tambahan informasi bagi yang sedang mencari peluang usaha baru terutama di bidang agrobisnis.

Rabu, 29 Mei 2013

Panen Jamur Kuping Tahap Kedua

,
Alhamdulillah panen tahap kedua jamur kuping telah dilakukan kemarin tanggal 27 Mei 2013. Kalau dihitung dari panen pertama, panen kali ini hanya berselang 23 hari saja. Ini kurang lebih sesuai dengan anjuran dari pengepul yang menyarankan panen dilakukan setelah 24 hari saja.



Panen pertama memang agak mundur beberapa hari. Kira-kira pelubangan dilakukan tanggal 1 April lalu panen tanggal 4 Mei. Berarti sekitar 30 hari lebih. Konsekuensinya ada beberapa jamur yang terlalu tua sehingga bobotnya lebih ringan.

Tetapi tak apa, namanya juga masih belajar. Ada kesalahan itu wajar.

Alhamdulillah hasil panen cukup baik. Bobot total 157 kg dari sekitar 1987 baglog. Jumlahnya ganjil karena dari pesanan 2000 baglog jamur kuping, ada 13 baglog yang ternyata panen jamur tiram :).

Harga juga alhamdulillah cukup baik. Kalau panen pertama dibeli Rp 9.000, kali ini harga naik jadi Rp 9.500. Lumayan ada kenaikan 500.

Sayang ada sedikit komplain karena jamur yang dipanen kali ini agak lembab. Sebenarnya ini bukan kesengajaan. Perlakuan yang diberikan sama seperti panen pertama. Artinya jamur disiram terakhir hari Sabtu jam 4 sore. Hari Minggu tidak disiram sama sekali. Hari Senin baru dipanen.

Masalahnya karena cuaca. Kalau panen pertama kebetulan pada seminggu sebelum panen sampai hari pemanenan cuaca cukup panas (bisa sampai 29 derajat) sedangkan kelembaban rendah (hampir menyentuh 70%-an. Sekarang yang semestinya sudah musim kemarau, di sini malah sering hujan. Bahkan sejak tiga hari sebelum panen sampai hari panen tetap hujan meskipun hanya gerimis. Suhu selalu kurang dari 27 derajat, kelembaban sekitar 90 %. Sebenarnya kondisi ini sangat baik kalau terjadi pada saat pertumbuhan. Tapi tidak baik jika terjadi saat panen karena ternyata mempengaruhi kualitas hasil panen. Jamur jadi lembab meski sudah dipetik dan dihamparkan di lantai.

Tapi tak apa. Sekali lagi ini pelajaran berharga.

Semoga panen yang akan datang bisa lebih baik dari segi kuantitas maupun kulitas.

Sabtu, 04 Mei 2013

Panen Jamur Kuping Tahap Pertama

,
Alhamdulillah setelah menunggu sekitar satu bulan, hari ini panen jamur kuping di gudang akhirnya dilakukan. Hasilnya cukup lumayan. Baglog sebanyak 2000 buah menghasilkan 111 kg jamur siap jual.
Hasil Panen Jamur Kuping Tahap Pertama

Hasil Panen Dihamparkan Di Lantai Menunggu Pembeli
Saat ini harga jual jamur kuping di tingkat petani Rp 9.000, sehingga pemasukan awal sebesar Rp. 999.000. 

Sebuah kombinasi angka yang unik, antara angka 111 dan 999 (ribu). Semoga menjadi awal yang baik untuk keberhasilan penanaman jamur kuping berikutnya.

Minggu, 28 April 2013

Jumlah Baglog Ideal Buat Pemula

,
Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang alasan "berkebun" jamur kuping di gudang, ada pertanyaan tentang berapa sebaiknya jumlah baglog jamur kuping yang layak dipelihara buat pemula. Tujuannya jelas yaitu sebagai pemula perlu ajang latihan merawat jamur, mengetahui proses-proses budidaya yang baik dan karakter jamur kuping itu sendiri, sekaligus meminimalisir kerugian jika terjadi kesalahan/kegagalan akibat kurangnya pengetahuan.


Jumlahnya harus tepat demi efisiensi dan efektifitas kerja yang nantinya harus dilakukan.

Kalau terlalu sedikit kemungkinan hasilnya tidak akan maksimal atau malah kurang efisien.

Kalau terlalu banyak bisa kerepotan dan tidak mampu menangani dengan baik sehingga hasilnya juga kurang optimal.

Menurut beberapa artikel di internet, jumlah yang disarankan bagi pemula cukup 100 - 500 baglog jamur. Baglog sebanyak ini bisa tertampung dalam kumbung seluas hanya 6 meter persegi saja atau 2 m x 3 m.

Sayangnya (atau malah untungnya?), gudang yang bisa dipakai ternyata berukuran sekitar 5,5 m x 9 m. Setelah dipasang rak bisa diisi antara 4000 - 5000 baglog.

Kalau hanya diisi 500 saja apa ya nggak menyia-nyiakan ruang? Apalagi dengan 500 baglog dalam 5-6 bulan hasilnya tidak terlalu signifikan. Sedangkan waktu dan tenaga untuk merawat 500 atau 5000 baglog sepertinya tidak terlalu jauh berbeda. Yang berbeda hanya modal dan hasilnya.

Setelah tanya sana-sini dan dipikir-pikir, diputuskan untuk mencoba dengan 2000 baglog,berarti sekitar setengah kapasitas gudang. Alasannya lebih pada hasil yang akan didapatkan. Dengan jumlah sekian setidaknya hasil yang akan dicapai di akhir musim bisa dipakai untuk memenuhi kekurangan baglog, alias dengan modal 2000 baglog pada musim kedua junlah jamur kuping bisa menjadi dua kali lipat tanpa menambah modal lagi.

Itu gambaran indah kalau berhasil.

Kalau gagal?

Ya, setidaknya sudah mencoba ...

Intinya, gudang mungkin memang bukan tempat paling ideal untuk memelihara jamur kuping. Tapi tempat seperti ini menjadi alternatif yang baik terutama buat pemula karena beberapa keuntungan seperti:

  • modal yang dikeluarkan lebih kecil, hanya untuk membuat rak dan membeli bibit jamur
  • mudah merawat, mengawasi dan mengontrol perkembangan jamur
  • hemat waktu dan tenaga karena tidak perlu kemana-mana cukup di dalam rumah. Bahkan perawatan bisa dilakukan disela-sela melakukan pekerjaan rumah yang lain

-

Senin, 22 April 2013

Jamur Kuping Kering di Baglog

,
Di hari Kartini ini, ada hal baru yang sempat mengejutkan. Beberapa lembar jamur kuping terlihat mengering. Padahal masih di baglog wong memang belum waktunya panen. Setelah semua dicek ternyata ada paling tidak tiga baglog yang seperti ini.

Ciri-ciri:
-  warna lembaran jamur keunguan agak pucat (biasanya kecoklatan dan segar)
-  jamur mengecil
-  saat diraba terasa kaku (biasanya lentur)
-  pinggir jamur berkerut-kerut

Coba digoogle ketemu jawaban ciri ketiga yaitu kerutan di bagian tepi menandakan umur jamur sudah siap panen (padahal baru 21 hari lho) . Tapi tidak ada keterangan lain.

Akhirnya coba tanya sama yang sudah pengalaman, ternyata jawabannya simpel: kurang penyiraman. Padahal sudah disiram seperti biasa: pagi, siang dan sore.

Cek thermo-hydro, baru ketahuan penyebabnya. Hari ini jam satu siang cuaca cerah dan cukup panas di luar. Suhu di atas  28 derajat Celcius kelembaban 80%.

Memang sejak baglog jamur masuk gudang, hampir setiap hari hujan atau paling tidak mendung. Suhu udara relatif rendah sekitar 27 derajat bahkan sempat menyentuh 23 derajat. Kelembaban hampir selalu di angka 85% - 94%. Dalam kondisi seperti ini, penyiraman berlebihan bisa memicu pembusukan maupun perkembangbiakan hama. Maka jamur hanya disiram 2 - 3 kali sebanyak sekitar 1 tangki.

Tanpa terasa perkembangan jamur kuping memang cukup pesat. Hanya dalam waku tiga minggu sejak masuk kumbung atau dua minggu setelah tunas (?) pertama muncul, sebagian baglog sudah ditumbuhi lembaran jamur hingga selebar 15 centi bahkan ada yang lebih. Memang belum semua, mungkin baru 30- 40 % saja. Tapi terlihat 95% sudah tumbuh. Mungkin ini sebabnya penyiraman jadi kurang memadai.      

Solusinya tentu saja harus menambah frekuensi dan volume penyiraman. Plus disarankan setiap dua jam sekali dicek kalau ada jamur yang terlihat kering harus segera disemprot. Penyemprotan cukup pada baglog yang kekurangan air saja, tidak semuanya. Jadi harus disiapkan semprotan kecil khusus untuk perlakuan ini.

Benar saja, setelah disemprot, dalam waktu sekitar setengah jam perubahannya sangat nampak. Jamur yang semula pucat, mengkerut dan kaku langsung terlihat segar, kenyal dan melebar.

Masalah selesai, belajar lagi hal baru, plus tugas baru: patroli jamur tiap 2 jam sekali :)

Selamat Hari Kartini ...

Jumat, 19 April 2013

Kamis, 04 April 2013

Melubangi Baglog Jamur Kuping

,
Sekarang hari ketiga baglog di dalam gudang. Sesuai jadwal hari ini baglog-baglog jamur kuping itu harus dilubangi. Tujuannya untuk memberi jalan bagi tumbuhnya tunas jamur (pinhead).

Kalau diamat sekilas, baglog-baglog ini cukup baik. Miselium telah tumbuh hingga hampir 50% dari tubuh  baglog. Ini penting karena semakin banyak bagian yang tertutup miselium semakin baik. Kemungkinan daya tumbuhnya lebih besar. Ada beberapa baglog nampak terkontaminasi. Sebagian ada yang berlubang dan sobek. Bagian ini harus ditutup dengan lakban untuk mencegah kontaminasi.

Kembali ke proses melubangi baglog. Baglog dilubangi di bagian depan sekitar cincin/mulut baglog. Jumlahnya tiga. Jarak antar lubang dibuat seimbang dan diatur agar lubang antar baglog tidak terlalu mepet satu sama lain. Ini berguna untuk mencegah agar jamur yang membesar tidak saling menutup dan mengganggu pertumbuhan karena lembar jamur dewasa yang sehat bisa mencapai 20 cm bahkan lebih.

Dalam dua hari seluruh baglog telah diberi lubang. Agak lama karena ndilalah ada saja hal lain yang harus dilakukan, terutama urusan rutin di warung yang sulit ditinggal. Memang usaha memelihara jamur kuping ini masih jadi sampingan karena masih bersifat uji coba.

Meski demikian, selesainya proses ini cukup melegakan karena jika tertunda bisa mempengaruhi pertumbuhan jamur. Semakin lama baglog dibiarkan tanpa dilubangi maka pertumbuhan jamur juga bisa makin lama.


Tugas selanjutnya mengontrol baglog dan menjaga lingkungan agar terjaga pada kondisi optimal bagi pertumbuhan jamur. Suhu diusahakan tidak lebih dari 30 derajat dan kelembaban antara 80% - 90%. Pengkabutan dilakukan 2 kali dalam sehari. Bisa lebih jika diperlukan misalnya disiang hari terlalu panas dan kelembaban rendah (lihat di thermo-higrometer). Air dari tangki  tidak langsung disemprotkan ke baglog tetapi hanya disemprotkan di udara sekitar rak dan di lantai. Lantai dijaga agar selalu basah untuk membantu menjaga kelembaban.

Rabu, 03 April 2013

"Senjata" Petani Jamur Kuping tingkat Pemula

,
Judulnya provokatif ya. Masak bertani jamur kuping butuh senjata, kayak mau perang saja.

Tentunya senjata ini bukan sesuatu yang dipergunakan untuk kekerasan. Maksud "senjata" di sini adalah perlengkapan yang perlu disiapkan bagi petani jamur pemula untuk "memerangi" kemungkinan kegagalan dalam menanam jamur.

Alat-alat untuk merawat jamur kuping
 Alat terpenting tentu saja tangki penyemprot manual. Sebenarnya satu tangki ukuran 5 liter dengan nozzle yang bisa diatur sudah memadai untuk merawat hingga 5000 baglog. Di gambar terlihat ada yang lebih kecil ukuran 2 liter. Gunanya sebagai persiapan kalau jamur kuping yang telah besar biasanya ada yang lebih cepat kering dari yang lain sebelum jadwal penyemprotan rutin, sehingga perlu disemprot lebih dulu secara individual untuk menjaga kesegarannya. Kalau usaha berhasil dan jumlah baglog yang dipelihara bertambah banyak, sekaligus mengurangi rasa lelah akibat terus-menerus memompa, tangki bisa diganti alat pengkabut khusus yang bekerja secara otomatis.

Sapu dan pasangannya dibutuhkan untuk menjaga kebersihan. Minimal sehari sekali sebaiknya kumbung dibersihkan. Senter gunanya untuk mengamati baglog satu persatu mengantisipasi gangguan hama, kontaminasi, pembusukan dll. karena kondisi kumbung bekas gudang yang tidak dipasang genteng kaca sehingga terasa gelap. Cutter berguna untuk melubangi baglog.

Thermo-hygrometer
Alat penting lainnya adalah thermo-hygrometer. Ini adalah gabungan antara termometer dan higrometer. Termometer mencatat kondisi suhu ruang kumbung sedangkan higrometer mencatat kelembaban. Harganya tidak terlalu mahal, sekitar 100 ribuan tergantung jenisnya.

Bagi sebagian petani alat ini tidak terlalu penting. Banyak yang telah berhasil meski tanpa alat ini.

Tapi buat saya alat ini adalah salah satu kunci untuk bisa menjaga dan menciptakan kondisi lingkungan yang tepat bagi pertumbuhan jamur kuping. Maklum masih pemula, kumbung yang dipakai bukanlah kumbung ideal, lokasinya pun seadanya. Kalau hanya menduga-duga kondisi suhu atau sekedar mencontoh tempat lain rasanya kurang pas karena setiap daerah, bahkan setiap kumbung, bisa memiliki kondisi suhu dan kelembaban yang berbeda. Adanya alat ini sangat membantu dalam mengetahui kondisi lingkungan secara lebih akurat sekaligus mencari cara menciptakan kondisi lingkungan yang baik buat pertumbuhan jamur kuping.  
 

Jamur Segudang Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger Templates